Ahad 01 Jan 2023 05:48 WIB

Senja Kala Media Cetak di 2022

Hal yang tidak boleh hilang dari Republika adalah kupasan yang mencerahkan umat.

Red: Joko Sadewo
Gedung Republika
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Gedung Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Heka Hertanto*

Mulai 2 Januari 2023, saya kehilangan satu koran edisi cetak.  Puluhan tahun, saya membentangkan koran tersebut setiap pagi sambil menyelamati artikel-artikel bernas. Kini mulai awal Januari 2023, saya tidak temukan lagi koran edisi cetak itu usai adzan Subuh. Tidak bisa membolak-balik lembaran kertas koran tersebut. Saya bukan generasi milenial yang lebih suka membaca berita di media online. Melalui lembaran kertas demi kertas, saya mencium aroma kertas dan dentingan lembaran kertas dibuka. Kini berkurang satu  koran cetak sebagai sarapan jiwa.

Saya sudah mengetahui kabar koran itu tidak terbit lagi edisi cetak sejak November 2022.  Kepastian itu terjawab setelah beberapa hari jajaran redaksi menulis di halaman depan perihal peralihan mereka ke media online. Bahasa halusnya transformasi media cetak ke media digital. Edisi cetak berakhir dicetak pada akhir Desember 2022 untuk memperkuat edisi online. Koran Republika pada akhirnya menguburkan koran edisi cetak sesuai dengan kebutuhan zaman.

Senja kala media cetak sudah sering digaungkan. Koran-koran bereputasi dunia dan nasional sudah lebih awal menelan pil pahit  itu. Media edisi cetak seperti tabloid, koran, atau majalah sudah  banyak berakhir bahkan tanpa ada edisi digital. Hilang ditelan bumi tanpa ada bekas.

Koran Repubika yang sudah berusia 30  tahun pada akhirnya dengan terpaksa menguburkan edisi cetak karena berbagai faktor.  Tidak bisa dibantah,  media edisi cetak butuh biaya cetak, distribusi,  dan lain-lain yang semua butuh ongkos dan kecepatan.  Di sisi lain, jika hanya mengandalkan iklan dari media cetak atau penjualan tidak mampu menutupi  operasional media cetak. Jika masih ada  media edisi cetak beroperasi, maka patut diduga karena ada subsidi silang dari berbagai anak perusahaan. Mereka memakai filosofi kuno  yakni tidak menempatkan telur dalam satu keranjang. Banyak anak-anak perusahaan atau induk perusahaan yang dijadikan tempat bergantung mengalirnya dana operasional.

Memang ironis, Koran Republika yang disebut koran umat yang pada awal umat juga ikut mendanai melalui pembelian saham dan sebagainya harus harakiri edisi cetak. Ya Republika masih terbit dalam edisi online. Berakhirnya edisi cetak karena tuntutan zaman dan faktor lain yang menyebabkan jajaran redaksi harus berpikir untuk selamatkan Republika. Memilih memperkuat jati diri di jalur digital.

Sejatinya nestapa media cetak juga dialami oleh media cetak lainnya. Jika media cetak hanya punya satu pintu pendapatan yakni dari iklan dan  percetakan, maka ini akan mengalami kewalahan apalagi di era sekarang sudah less paper atau meminamalkan penggunaan kertas untuk menjaga lingkungan hidup. Menyelamatkan hutan dari pemotongan pohon sebagai bahan pembuatan kertas. 

Berhentinya Republika edisi cetak bukanlah sebuah perpisahan, namun sebuah upaya atau perjalanan di era digital. Ini adalah cara yang ditempuh dalam bermigrasi sepenuhnya ke dunia digital. Demikian kata Direktur PT Republika Media Mandiri Arys Hilman pada surat pemberitahuannya.  Republika tidak melupakan ekosistem yang telah terbangun, dan ini adalah media penyaji informasi yang bisa dipercaya, bertanggung jawab, dan memiliki pegangan yang kuat terhadap kaidah jurnalistik yang pertama terbit pada 4 januari 1993. Selama 30 tahun Republika menyajikan informasi melalui media cetak kepada publik.

Kebijakan Manajemen Republika menghentikan edisi cetak adalah keputusan terpaksa yang harus diambil untuk keberlangsungan penerbitan. Dua tahun Covid-19 disusul pergolakan politik dunia berdampak ke segala aspek perekonomian. Pembaca dan pelanggan berkurang, iklan pun tak dapat diraih. Di dunia media cetak atau online, iklan adalah urat nadi penerbitan. Tanpa iklan, maka media akan menguburkan diri dengan catatan jika tidak ada subsidi silang sesama anggota grup perusahaan.

Pada waktu bersamaan, keberadaan media online  yang bisa dibaca gratis di HP semakin memukul keberadaan media cetak yang mesti merogoh saku.  Media digital telah mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan.  Pada dimensi lain, pelaku media mesti berubah, jika tak mau tergerus dan tumbang ditelan era digital.

Edisi cetak Republika bisa berakhir pada akhir 2022. Yang tidak boleh hilang dari Republika selama tiga dekade ini yakni kupasan atau analisa yang mencerahkan kepada umat serta keberpihakan kepada umat yang tidak mendapat ketidakadilan. Karena inilah sisi lebih Republika. Selamat bermigrasi total Republika ke dunia digital. Masa lalu adalah pelajaran untuk masa kini dan

*) Pembaca Republika Edisi Cetak

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement