Ahad 01 Jan 2023 12:48 WIB

Transportasi dan Pangan Diproyeksikan Tetap Jadi Pengerek Inflasi

Stabilitas bahan pangan juga menjadi kunci dalam pengendalian inflasi.

Rep: Novita Intan/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pedagang merapikan beras di kiosnya di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (7/11/2022).
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pedagang merapikan beras di kiosnya di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (7/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Center of Economic and Law Studies (Celios) memprediksi, laju inflasi akan mencapai lima persen pada 2023. Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira mengatakan, berlanjutnya eskalasi perang di Ukraina dan aksi Rusia mengurangi pasokan ekspor minyak ke Eropa akan memicu cost push inflation. Sementara, di dalam negeri tantangan kenaikan sisi permintaan muncul setelah pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat. 

"Ketika masyarakat mulai berbelanja secara bersamaan maka ada risiko inflasi sisi permintaan. Komponen transportasi selain pangan akan jadi penyumbang inflasi yang lebih besar pada 2023," ujarnya ketika dihubungi Republika, Ahad (1/1/2022).

Bhima menjelaskan, ketika harga energi mengalami kenaikan maka akan langsung berimbas ke biaya transportasi. Bhima menyebut, stabilitas bahan pangan juga menjadi kunci dalam pengendalian inflasi. Maka itu, Bhima menyarankan pemerintah sebaiknya menambah dan memastikan pasokan subsidi pupuk tepat waktu dan tepat sasaran. 

“Komoditas yang perlu diwaspadai antara lain beras, kedelai, gandum, bawang merah dan cabai, serta telur ayam,” ucapnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi tahunan hingga November 2022 sebesar 5,42 persen year on year (yoy). Angka inflasi tahunan mengalami penurunan dua bulan berturut-turut sejak September yang mencatat rekor inflasi 5,71 persen sejak awal tahun.

Dengan tingkat laju inflasi tahunan tersebut, angka inflasi bulanan tercatat sebesar 0,09 persen month to month (mtm) serta inflasi tahun kalender sebesar 4,82 persen year to date (ytd).

Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto menjelaskan, kelompok yang cukup tinggi mengalami inflasi yakni makanan, minuman, dan tembakau sebesar 5,87 persen yoy dengan andil 1,5 persen. Adapun komoditas yang dominan seperti rokok, beras, dan telur ayam.

Kelompok lainnya yakni transportasi sebesar 15,45 persen (yoy) dengan andil 1,86 persen. Kenaikan inflasi kelompok ini didominasi oleh inflasi tarif angkutan udara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement