Senin 02 Jan 2023 01:00 WIB

Amphuri: Meski Resesi Minat Umrah Tetap Tinggi

Kerinduan umat Islam terhadap Tanah Suci begitu tinggi.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agus Yulianto
Jamaah melaksanakan umrah di Masjidil Haram, Makkah.
Foto: dok. istimewa
Jamaah melaksanakan umrah di Masjidil Haram, Makkah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (DPP AMPHURI) menyampaikan seluruh dunia sedang mengalami resesi pasca-pandemi Covid-19 selama dua tahun. Meski demikian, kata asosiasi ini, minat perjalanan ibadah umrah ke Tanah Suci tidak berkurang. 

"Harus diakui memang, meski dibayang-bayangi resesi ekonomi dunia, namun ternyata aktifitas perjalanan ibadah umrah terus meningkat," begitu isi surat edaran Nomor: 1777/DPP-AMPHURI/XII/2022 yang diterima Republika dari Ketua Umum DPP Amphuri Firman M Nur. Surat ini ditandatangani Firman M Nur sebagai ketua dan Farid Aljawi sebagai Sekretaris Jenderal Amphuri.

Menurut mereka, kerinduan umat Islam terhadap Tanah Suci begitu tinggi, terlebih pasca-pandemi yang melanda hampir dua tahun. Karenanya, Amphuri yakin dan optimis bahwa keberlangsungan usaha perjalanan umrah akan tetap berjalan di tengah kompleksitas masalah yang dihadapi.

Jika sebelumnya timbul masalah langkanya vaksin, kemudian disusul melambungnya tarif tiket, kini harga hotel ikut meroket. Mereka menyampaikan bahwa tingkat hunian hotel di Makkah dan Madinah sampai saat ini masih tinggi. "Semua hotel menyatakan full booked," katanya.

Hal ini mengakibatkan penyelenggara perjalanan ibadah umrah kesulitan untuk mendapatkan kamar hotel. Menurut mereka keadaan ini sebelumnya tidak pernah terjadi dalam sejarah. 

"Inilah untuk kali pertama dalam sejarah hotel di Mekkah dan Madinah di semua taraf dinyatakan full booked dan sulit didapat," katanya.

Kondisi ini telah berlangsung sejak bulan November 2022 dan diperkirakan durasi

high season akan terus berlanjut hingga Januari 2023. Pasalnya, hampir semua biro travel tidak dapat kamar hotel untuk di bulan Desember, padahal pemesanan dilakukan mulai bulan September, Oktober dan November lalu.

"Tak dipungkiri lagi, kondisi ini membuat harga hotel melambung hingga 300 persen," katanya.

Menurut Amphuri, kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: Pertama meningkatkan jumlah kedatangan jamaah umrah dari berbagai negara, pasca-ditutupnya umrah selama pandemi yang berlangsung hampir 2 tahun.

Kedua, peningkatan jumlah jamaah umrah juga akibat libur panjang di seluruh negara dan tingginya antusiasme umat Islam se-Dunia untuk menunaikan umrah pasca-pandemi.

Ketiga, saat ini hotel-hotel di Arab Saudi membuat kebijakan terkait reservasi grup tidak sebanyak sebelumnya, hanya disediakan sekitar 50-60 persen untuk kuota grup.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement