Senin 02 Jan 2023 10:18 WIB

Ekspansi Industri Akhir 2022 Kembali Naik, Indeks PMI Capai 50,9 Poin

PDB Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 4,4 persen pada 2023.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pedagang elektronik menata mesin pengendali pengeras suara dagangannya di salah satu pusat penjualan elektronik di Jakarta, Rabu (28/12/2022). Angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur tercatat 50,9 poin naik dari posisi November 2022, 50,3 poin.
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Pedagang elektronik menata mesin pengendali pengeras suara dagangannya di salah satu pusat penjualan elektronik di Jakarta, Rabu (28/12/2022). Angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur tercatat 50,9 poin naik dari posisi November 2022, 50,3 poin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Geliat industri Tanah Air dinilai semakin membaik sepanjang Desember 2022. Angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur tercatat 50,9 poin naik dari posisi November 2022, 50,3 poin.

Rilis bulanan dari S&P Global menyebutkan, sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi di penghujung 2022. Produksi berekspansi lebih cepat didorong oleh kenaikan permintaan atas barang-barang produksi Indonesia.

Di sisi lain, kondisi permintaan yang lebih baik dilaporkan turut memicu kenaikan pesanan baru pada Desember. Namun, diakui kenaikan permintaan ini masih terpusat pada pasar domestik.

"Akan tetapi, tingkat penurunan permintaan baru dari internasional jauh lebih lambat dibandingkan bulan November," demikian pernyataan S&P Global dikutip Republika, Senin (2/1/2023).

Perbaikan PMI Indonesia tercatat terjadi dalam 16 bulan berturut-turut. PMI Desember 2022 merupakan yang paling kuat sejak Oktober 2022.

Di saat terjadi persoalan pasokan bahan baku, tekanan harga pada sektor manufaktur berkurang. Inflasi biaya input jatuh di bawah rata-rata pada Desember. Meskipun, masih tergolong besar secara keseluruhan akibat kenaikan biaya bahan baku, BBM, serta nilai tukar rupiah.

Sementara itu, pelaku industri manufaktur terus berbagai beban biaya tambahan dengan konsumen dengan tingkat inflasi harga jual turun hingga posisi terendah dalam 19 bulan terakhir.

"Sentimen secara keseluruhan bertahan positif pada Desember, dengan perusahaan manufaktur berharap penuh menuju tahun 2023," katanya.

Namun demikian, S&P Global memberikan catatan, adanya penurunan optimisme bisnis ke posisi terendah sejak Mei 2020. Ini menunjukkan adanya kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian global yang memburuk.

Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan mengatakan, data PMI Desember mengarah pada kondisi manufaktur Indonesia yang lebih baik. Ekspansi yang lebih cepat pada output dan penjualan dan juga berkurangnya tekanan harga merupakan perbaikan yang diharapkan. Meski, kenaikan produksi dan permintaan masih lemah secara keseluruhan.

Kendati demikian, dengan adanya tingkat kepercayaan diri berbisnis yang terendah sejak fase awal pandemi, S&P Global Market Intelligence berharap PDB Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 4,4 persen tahun 2023, setelah tumbuh 5,2 persen di tahun 2022.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement