REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya melaporkan, sepanjang 2022, terdata total 374 kejadian bencana. Tanah longsor mendominasi kejadian bencana di wilayah Kabupaten Tasikmalaya tahun lalu.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Tasikmalaya Kurnia Trisna mengatakan, dari 374 kejadian bencana di wilayah Kabupaten Tasikmalaya pada 2022, sebanyak 240 kejadian atau sekitar 64 persennya merupakan longsor.
Seringnya kejadian longsor dibandingkan bencana lainnya ini menjadi bahan evaluasi bagi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. “Kami akan tingkatkan upaya pencegahan dan kesiapsiagaan. Sasarannya tentu ke masyarakat langsung, sehingga mereka bisa melakukan mitigasi,” kata Kurnia kepada Republika, Ahad (1/1/2023).
Dengan upaya tersebut, diharapkan masyarakat dapat menjadi lebih siap menghadapi potensi bencana. Kurnia mengatakan, upaya mitigasi pun penting untuk dapat meminimalkan risiko bencana, baik itu dampak kerugian berupa materiel ataupun korban akibat bencana.
Bencana longsor menjadi perhatian utama. Pasalnya, banyak wilayah Kabupaten Tasikmalaya yang dinilai rawan longsor. Menurut Kurnia, di Kabupaten Tasikmalaya juga terbilang masih banyak rumah warga yang lokasinya di belakang tebing. “Itu kan harus disiapkan kesiapsiagaannya (akan potensi bencana),” kata dia.
Selain longsor, pada 2022 dilaporkan terdata 43 kejadian angin kencang, 30 kejadian banjir dan banjir bandang, 27 kejadian kebakaran bangunan, dan 14 kejadian gerakan tanah. Terdata juga dua kejadian angin puting beliung, satu kejadian gempa bumi, lima kejadian hujan lebat, serta 12 kejadian lain-lain.
Memasuki 2023, Kurnia mengimbau masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya tetap mewaspadai potensi bencana. Terlebih, kata dia, berdasarkan perkiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), berpotensi terjadi cuaca ekstrem beberapa hari ke depan, termasuk di wilayah Tasikmalaya. “Kami memang tidak menetapkan status siaga darurat. Namun, kami imbau warga tetap waspada,” kata Kurnia.