REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada kalanya seseorang dihinggapi kebimbangan dalam menghadapi suatu perkara, termasuk misalnya keraguan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dalam kondisi bimbang, dianjurkan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW yaitu dengan menunaikan sholat istikharah dan berdoa setelahnya.
Perlu dicatat, sebelum melaksanakan sholat istikharah, segala kecenderungan pilihan harus dihilangkan terlebih dulu.
Kemudian barulah melakukan sholat istikharah dua rakaat. Setelahnya, Dia memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk meminta petunjuk terkait pernikahan, misalnya.
Dalam hadits riwayat Bukhari yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah RA, Rasulullah SAW memberitahukan doa seusai melaksanakan sholat istikharah.
Mengutip Ihya’ ‘Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali disebutkan, tata cara sholat istikharah yaitu pada rakaat pertama membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Kafirun, sementara pada rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlash. Kemudian, selesai salam membaca doa berikut:
Berikut ini doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW untuk diucapkan setelah sholat Istikharah, sebagaimana hadits riwayat Bukhari:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي
Latin:
Allaahumma innii astakhiiru bi'ilmika wa astaqdiru bi qudrotika as'aluka min fadhlikal azhiim fainnaka aqdiru wa ta'lamu wa laa a'lamu wa anta 'allaamul ghuyuub. Allaahumma in kunta ta'lamu anna hadzal amra khoirun lii fii diini wa ma'aasyi wa 'aaqibati amri faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarik lii fiihi wa in kunta ta'lamu anna haadzl amra syarrun lii fii diini wa ma'aasyi wa 'aaqibati amri fashrifhu 'anni washrifnii 'anhu waqdur liyal khoiro haitsu kaana tsumma ardhini bihi innaka 'alaa kulli syai'in qodiir.
Baca juga: Nasib Tragis Pendeta Saifuddin Ibrahim Penista Alquran, Jadi Pemulung di Amerika Serikat?
Terjemahan:
"Ya Allah, aku memohon pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu dengan Kemahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu kebaikan dari karunia-Mu yang agung. Engkau Maha Kuasa dan aku tidak kuasa. Engkau Maha Mengetahui, dan aku tidak mengetahui. Hanya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, jika menurut Engkau perkara ini lebih baik bagiku dalam perkara agamaku, penghidupanku, dan akibatnya bagi akhiratku, maka takdirkanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah untukku.
Tetapi jika menurut Engkau urusan ini berdampak buruk bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akibatnya bagi akhiratku, maka jauhkanlah urusan itu dariku dan jauhkan dariku urusan tersebut. Takdirkan kepadaku kebaikan di manapun berada. Kemudian buatlah aku ridha atas takdir-Mu. Engkau Mahaberkuasa atas segala sesuatu."
Jabir (perawi) berkata, "Kemudian orang-orang menyampaikan perkara mereka." (HR Bukhari)
Sumber: islamonline