REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Realisasi ekspor Turki mencapai rekor tertinggi sepanjang 2022 berkat Rusia. Selain itu, penurunan nilai mata uang lira membuat produk Turki lebih kompetitif di luar negeri.
Turki mencatat, kenaikan ekspor sebesar 13 persen berdasarkan nilai. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, penjualan ekspor sepanjang tahun lalu mencapai 254 miliar dolar AS atau setara Rp 3.962 triliun.
Dengan kemampuan mencetak kenaikan penjualan ekspor ini, Erdogan menegaskan Turki bukan lagi negara yang dilanda krisis tetapi negara yang dapat mengelola krisis dengan baik.
“Pada saat dunia sedang berjuang dengan masalah politik dan ekonomi yang serius, tidak mudah untuk melanjutkan investasi tanpa gangguan, meningkatkan lapangan kerja, dan meningkatkan ekspor,” kata Erdogan dilansir Financial Times, Senin (2/1/2023).
Selain penurunan lira, Turki juga diuntungkan karena memiliki hubungan ekonomi yang lebih dekat dengan Rusia. Turki lebih banyak berdagang dengan Rusia selama setahun terakhir setelah mendapat sanksi ekonomi dari negara-negara barat.
Kementerian Perdagangan Turki menyebut selama Desember 2022, ekspor ke Rusia naik lebih dari dua kali lipat menjadi 1,31 miliar dolar AS. Sebelumnya, Turki telah menolak bergabung dengan negara-negara yang memberi sanksi terhadap Rusia dengan alasan pendekatan yang seimbang dapat membantunya menengahi antara Kyiv dan Moskow.
Erdogan membantu menengahi kesepakatan pada Juli 2022 untuk memungkinkan Ukraina mengekspor produk biji-bijian meskipun ada blokade Rusia di pelabuhannya.