REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi menilai PDIP yang akan memasuki usia ke-50 punya posisi berbeda. Kurang lebih 10 tahun belakangan, partai ini bertransformasi menjadi partai modern, tanpa meninggalkan ideologi atau khittahnya sebagai partai 'Wong Cilik'.
"Menurut saya dari semua partai politik, hanya PDI-P yang menunjukkan marwahnya sebagai partai modern tapi tidak meninggalkan elan dia, elan partai sebagai partai kerakyatan," kata Ari dalam keterangan persnya, Rabu (4/1/2023).
Menjadi partai modern bukan ujug-ujug dilakukan. Jalan panjang partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri ini sudah teruji, sejak melawan rezim otoriter Orde Baru sampai menjadi oposisi pasca reformasi. Doktor Komunikasi Politik bahkan menilai, perpolitikan di Tanah Air menjadi berwarna sejak PDIP berada di pemerintahan dan menempatkan banyak kadernya memimpin eksekutif dan legislatif. Terbukti, kata dia, PDIP bertindak ketika si lemah mendapatkan tekanan dari kelompok-kelompok esktremis dan berusaha mengganti ideologi Pancasila.
"PDIP tidak boleh di luar pemerintahan. Apalagi semangatnya hattrick, tidak hanya hattrick tapi seterusnya. Saya tidak bisa membayangkan di Republik ini tidak ada PDIP. Bagaimana tindakan intoleransi, Anti-Kebinekaan, tidak ada menjadi pelawan atau pembela dari Pancasila- NKRI. Menurut saya eksistensi dari PDIP tidak boleh berhenti," ucap Ari yang juga dosen di Universitas Indonesia.
Hal lain menjadi catatan Ari adalah bagaimana PDI Perjuangan tidak terjebak pada pragamatisme politik, yang hanyak sibuk ketika Pemilu mau digelar. Politik coba disederhanakan dan didekatkan lewat banyak aktivitas di keseharian hidup rakyat. Sosialiasi mitigasi kebencanaan, edukasi stunting, pembentukan organ partai di bidang kebudayaan, mempertahankan sertifikat ISO, pengakuan sebagai satu - satunya partai politik bahkan di Asia Tenggara sebagai organisasi berstandar internasionalnlewat penilaian sistem manajemen dan mutu layanan.
Semua capaian itu juga tanpa meninggalkan proses kaderisasi yang rutin dilakukan lewat Sekolah Kepemimpinan Kader di Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta dan masifnya pembangunan gedung partai di seluruh Indonesia. Ari menambahkan, kerja - kerja politik PDIP dilaksanakan secara profesional.
"Itu karena satu ada soliditas partai yang diketuai Ibu Megawati Soekarnoputri. Partai itu adalah ruh-nya di Ibu Mega. Dan kemudian adalah; sistem kesekertariatan partai yang dibangun. Menurut saya, di era-nya Pak Hasto Kristiyanto ini makin memperlihatkan, bahwa partai itu (bisa dilihat) dari administrasi perkantoran semuanya diatur dengan manajemen modern. Ada aplikasi, semua badan - badan partai berjalan. Itu yang menjadi pembeda PDIP dengan partai lain. Karena PDIP tidak asyik, tidak hanya yang diurus politik saja. Tapi bagaimana sampai partai ini juga mengurusi masakan (gizi rakyat) lewat resep masakan," ucap Ari.
"Kalau sekarang disebut partai PDIP itu menjadi partai pelopor-partai inisiator, menjadi awal. Menjadi penemu awal gerakan - gerakan partai modern. Saya melihat (contoh) di sekolah kepemimpinan di sekolah partai, itu kan PDIP yang punya. Dan harus diakui partai - partai lain menjadi follower-nya. PDIP yang inisiator, yang awal, perintis. Partai - partai lain menjadi follower gerakan - gerakan dari PDIP. Dan ini tidak boleh ditinggalkan, tapi harus ditingkatkan di masa depan," sambungnya.
Partai berlogo Banteng ini diketahui bakal menggelar HUT Partai ke-50 di Jakarta. Adapun HUT PDIP ke-50 bertema: 'Genggam Tangan Persatuan dengan Jiwa Gotong Royong dan Semangat Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam', dengan Sub Tema: 'Persatuan Indonesia untuk Indonesia Raya'. Di hari ulang tahun emas ini, Presiden Joko Widodo dijadwalkan hadir.