REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf tidak melarang para politisi untuk sowan atau berkunjung ke pesantren-pesantren jelang gelaran Pemilu 2024. Dia hanya meminta para politisi tidak membawa-bawa nama NU ketika sowan.
"Pokoknya jangan pakai atas nama NU, lah, gitu saja," ujar Gus Yahya kepada wartawan di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu (4/1/2023).
Jelang Pemilu 2024, sejumlah politisi memang mulai gencar sowan ke pesantren-pesantren untuk menemui para kiai. Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, misalnya, mengunjungi kiai karismatik yang merupakan mustasyar NU, Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah pada November 2022 lalu.
Pada hari yang sama, Prabowo juga sowan ke Rais Aam atau pemimpin spiritual tertinggi NU, KH Miftachul Akhyar di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah.
Sementara itu, bakal calon presiden dari Partai Nasdem, Anies Baswedan menyambangi Syekh Ali Akbar Al Marbun di Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Medan, pada November lalu. Anies juga melakukan safari politik dengan berkunjung ke sejumlah pesantren di Jawa Barat.
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla sempat menyinggung soal fenomena politisi berkunjung ke pesantren jelang pemilu ini. JK menyebut, fenomena itu merupakan bukti nyata bahwa pondok pesantren sangat menentukan kehidupan politik.
Tak sampai di situ saja, kata JK, para politisi juga kerap sowan ke para kiai saat hendak berkampanye. "Jadi sebelum pidato mereka ketemu dulu para kiai, karena tanpa dukungan, tanpa doa dari kiai pesantren, orang takut untuk menjadi calon," kata JK pada November lalu.