Rabu 04 Jan 2023 16:36 WIB

Kepala Junta Myanmar Ancam Negara yang Ikut Campur 

Kepala junta Myanmar juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang mau bekerja sama.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Tank militer Myanmar dikemudikan saat pesawat tempur militer terbang di atas dalam upacara peringatan 75 tahun Hari Kemerdekaan Myanmar di Naypyitaw, Myanmar, Rabu, 4 Januari 2023. Pemimpin militer yang berkuasa di Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, pada hari Rabu menjelaskan rencana tersebut untuk pemilihan akhir tahun ini dan menyerukan persatuan nasional dalam pidatonya saat dia memimpin upacara yang menandai peringatan 75 tahun kemerdekaan dari Inggris.
Foto: AP Photo/Aung Shine Oo
Tank militer Myanmar dikemudikan saat pesawat tempur militer terbang di atas dalam upacara peringatan 75 tahun Hari Kemerdekaan Myanmar di Naypyitaw, Myanmar, Rabu, 4 Januari 2023. Pemimpin militer yang berkuasa di Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, pada hari Rabu menjelaskan rencana tersebut untuk pemilihan akhir tahun ini dan menyerukan persatuan nasional dalam pidatonya saat dia memimpin upacara yang menandai peringatan 75 tahun kemerdekaan dari Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Kepala junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengecam negara-negara yang ikut campur tangan dalam urusan negaranya. Protes keras ini disampaikan dalam pidato untuk menandai Hari Kemerdekaan Myanmar ke-75.

Mengacu pada tekanan internasional, Min Aung Hlaing mengecam gangguan dari negara dan organisasi yang ikut campur dalam urusan dalam negeri Myanmar. Namun, dia berterima kasih kepada pihak-pihak yang secara positif mau bekerja sama, seperti China, India, dan Thailand.

Baca Juga

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa negara dan organisasi internasional dan regional serta individu yang secara positif bekerja sama dengan kami di tengah semua tekanan, kritik, dan serangan," katanya.

Negara Asia Tenggara itu menghadapi isolasi internasional dan sanksi yang dipimpin oleh Barat. Kecaman kerasa muncul usai militer Myanmar merebut kekuasaan dari pemerintah yang dipilih secara demokratis yang dipimpin Aung Sang Suu Kyi hampir dua tahun lalu.

"Kami bekerja sama erat dengan negara-negara tetangga seperti China, India, Thailand, Laos, dan Bangladesh. Kami akan bekerja sama untuk stabilitas dan pembangunan perbatasan," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi dari parade hari nasional di ibu kota Naypyitaw.

Thailand telah menjadi tuan rumah pembicaraan regional bulan lalu untuk membahas krisis perebutan kekuasaan. Dalam kesempatan itu muncul menteri junta dalam pertemuan internasional yang sangat jarang, bahkan ketika beberapa anggota kunci Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang vokal mengkritik junta tidak hadir dalam pertemuan.

ASEAN memimpin upaya perdamaian diplomatik dan para jenderal Myanmar telah dilarang dari pertemuan-pertemuan penting blok itu. Peringatan ini muncul usai junta gagal memenuhi janji untuk memulai pembicaraan dengan pemerintahan terguling Suu Kyi.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan lalu mengadopsi resolusi pertamanya di Myanmar dalam 74 tahun, meski China dan Rusia abstain dari pemungutan suara. Resolusi ini menuntut diakhirinya kekerasan dan agar junta membebaskan semua tahanan politik.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement