REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Barat (Jabar), M Ridwan terlibat debat seru dengan warganet asal Bandung, pemilik akun Twitter dan Instagram @Outstandjing. Pemicunya adalah pemilik akun mengkritik gubernur yang baru saja meresmikan Masjid Al Jabbar yang pembangunannya menelan dana Rp 1 triliun.
Pada saat bersamaan, Kang Emil, sapaan akrabnya, dianggap kurang memiliki niatan untuk membenahi transportasi umum di Bandung Raya. Padahal, salah satu janjinya ketika maju sebagai gubernur adalah mencari solusi kemacetan.
"Bikin masjid itu perbuatan mulia, dengan berwakaf jadi amal jariyah. Tapi kalau masjid pakai dana APBD? Pembayar pajak itu berbagai kalangan. Akad dan niat bayar pajak bukan akad dan niat wakaf. Kalau di agama Islam, tidak sembarang dana bisa dipakai untuk masjid!" begitu kritikan warganet pemilik akun @Outstandjing.
Percakapan di Twitter itu dibawa Kang Emil ke akun Instagram, @ridwankamil. Dia mengunggah tangkapan layar kritikan dengan me-mention langsung @Outstandjing. Dampaknya, pemilik akun @Outstandjing mendapat banyak makian dari pengikut akun Kang Emil.
Dia pun akhirnya membawa bukti komentar berisi makian di Instagram ke Twitter lagi. Isu itu menjadi ramai hingga Kang Emil harus membuat klarifikasi di lini masa.
Menurut Kang Emil, berinteraksi di media sosial (medsos) pasti penuh dinamika. Apapun platformnya, ia merasa tidak masalah jika percakapan di Twitter dibawa ke Instagram.
Kang Emil malah mengutip hasil survei beberapa waktu lalu, yang menempatkan warganet Indonesia paling tidak sopan se-Asia. Dia menyentil warganet Indonesia yang kadang ketika debat lebih suka memaki hingga terbawa emosi daripada fokus membahas isu.
"Kenapa netizen pada julid suka ngerujak? Ya itulah masalah kita bersama. Bahkan juara terkasar se Asia Pasifik. Tipe begitu ada di kelompok mana-mana. Pemilik akun tidak ada daya mengontrol jempol follower. Yang ada adalah konsisten mengedukasi agar selalu sopan penuh adab," ujarnya lewat akun Twitter, @ridwankamil dikutip Republika.co.id di Jakarta, Rabu (4/1/2023).
Eks wali kota Bandung tersebut menegaskan, tidak ada satu medsos yang lebih unggul dibandingkan lainnya. "Tidak ada satu platform lebih superior dari yang lain. Yang penting silakan kritisi atau dialog. Dalam dialog selalu ada respon bijak, datar bahkan kasar," katanya
Dia menegaskan, lebih sering berinteraksi dengan warga di Instagram ketimbang di Twitter. Alasan teknis itulah yang membuatnya membawa percakapan di Twitter ke Instagram. Lagi pula, Kang Emil mengaku, tidak ingin terjadi perang tuit di lini masa jika perdebatan itu dilanjutkan.
"Saya berdialog dengan @Outstandjing di IG kerena memang rutinitas update di sana, kemudian di mirror di Twitter. Debat dengan kritikus? Selalu coba direspon, tapi tidak perlu panjang kali lebar ala twitwar. Saya cukup menyampaikan hak jawab saya. Setelahnya, pemirsa simpulkan masing-masing," ucap Kang Emil.