Rabu 04 Jan 2023 19:25 WIB

AWG: Jajaran Menteri Israel Yahudi Garis Keras, Ekstremis, dan Ultranasionalis

Menteri keamanan Israel Itamar Ben Gvir diduga menistakan Masjid Al Aqsa

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy nasrun
Warga Palestina beristirahat di tangga kompleks Masjid Al-Aqsa, yang oleh umat Islam dikenal sebagai Tempat Suci Mulia dan oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem, Selasa, 3 Januari 2023. Itamar Ben-Gvir, seorang ultranasionalis Israel Menteri kabinet, mengunjungi tempat suci Yerusalem pada Selasa untuk pertama kalinya sejak menjabat dalam pemerintahan baru sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pekan lalu. Kunjungan tersebut dilihat oleh warga Palestina sebagai provokasi.
Foto: AP Photo/Maya Alleruzzo
Warga Palestina beristirahat di tangga kompleks Masjid Al-Aqsa, yang oleh umat Islam dikenal sebagai Tempat Suci Mulia dan oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem, Selasa, 3 Januari 2023. Itamar Ben-Gvir, seorang ultranasionalis Israel Menteri kabinet, mengunjungi tempat suci Yerusalem pada Selasa untuk pertama kalinya sejak menjabat dalam pemerintahan baru sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pekan lalu. Kunjungan tersebut dilihat oleh warga Palestina sebagai provokasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Aqsa Working Group (AWG) Nur Ikhwan Abadi, menyampaikan, Benjamin Netanyahu diambil sumpahnya pada 29 Desember 2022 sebagai Perdana Menteri Zionis Israel. Padahal dia orang yang paling bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Palestina selama memimpin Israel di perode sebelumnya tahun 1996-1999 dan 2009-2021.

Ikhwan mengatakan, pada periode ini, Netanyahu secara terang-terangan berkomitmen menjadikan perluasan wilayah pendudukan di Tepi Barat sebagai agenda prioritasnya (top priority). Dengan kata lain, mereka akan meningkatkan pembersihan etnik di Tepi Barat yang selama ini dilakukan dengan brutal dan melawan kecaman dunia.

"Selain itu, menteri-menteri yang ditunjuk mengisi kabinetnya adalah Yahudi garis keras, ekstremis, dan ultranasionalis. Beberapa contohnya Itamar Ben Gvir, Bezalel Smotrich, dan Avi Maoz," kata Ikhwan kepada Republika, Rabu (4/1/2023).

Ia mengatakan, pekan pertama setelah diambil sumpahnya, rezim Netanyahu ini melakukan pelanggaran kemanusiaan berat. Mereka memulai genosida, pembersihan etnik, dan penistaan terhadap situs suci Masjid Al Aqsa.

Rezim Netanyahu menembak mati tiga warga Palestina, salah satunya adalah seorang anak berusia 15 tahun. Mereka juga menghancurkan rumah milik warga Palestina.

Sedangkan tokoh rasis yang ditunjuk menjadi menteri keamanan nasional Itamar Ben Gvir diduga menistakan Masjid Al Aqsa. "Dia  memprovokasi tidak saja warga Palestina, bahkan umat Islam sedunia," ujarnya. 

Karena itu, Aqsa Working Group menyampaikan pernyataan sikap sebagai berikut:

1. Benjamin Netanyahu dan kabinetnya adalah kelompok rasis yang selalu menyerang etnis Arab dan Islam. Ben Gvir berkali-kali memimpin Yahudi ekstremis berpawai di Al Quds dengan meneriakkan slogan ‘matilah orang-orang Arab’ (deaths to arab) dan mencaci maki Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Kabinet ini juga merepresentasikan wajah asli dari Zionisme, yakni ketakutan ekstrem terhadap orang-orang lain yang berbeda dan tidak sejalan dengan kepentingan mereka (xenofobia). Semua orang yang tidak mendukung Zionisme akan dituding sebagai antisemit, meskipun dari kalangan mereka sendiri ras Yahudi. Selain itu, penistaan mereka terhadap Al Aqsa dan menghalang-halangi umat Islam untuk beribadah di dalamnya juga merupakan bentuk dari xenofobia.

3. Aqsa Working Group (AWG) mengutuk aksi Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir menerobos Masjid Al Aqsa. Ini pelanggaran berat atas prinsip hak asasi manusia dan harus dilawan. Islam memerintahkan untuk menjaga dan memuliakan tempat ibadah umat manusia sebagaimana tercantum dalam QS. Al Hajj ayat 40. Dalam hal ini, AWG mengapresiasi Kerajaan Yordania yang menarik pulang duta besarnya dari Tel Aviv sebagai protes atas pelanggaran di Al Aqsa itu.

4. AWG menyerukan kepada seluruh pemimpin dunia, untuk melawan rezim baru rasis dan xenofobi ini yang sangat berbahaya untuk perdamaian di kawasan itu dan dunia. Jangan sampai upaya-upaya keras dari PBB dan para pemimpin dunia selama ini untuk mewujudkan perdamaian di tanah Palestina, menjadi tidak berjalan atau bahkan setback.

5. Kepada Pemerintah Indonesia, diserukan untuk terus teguh melaksanakan amanat konstitusi; menolak segala jenis penjajahan di muka bumi. Salah satu wujud komitmen itu adalah dengan menolak kehadiran Timnas Israel pada Piala Duni U-20 yang akan digelar tahun 2023 di Indonesia. Karena Zionis Israel adalah entitas penjajah yang tidak pernah mengindahkan resolusi PBB.

6. Kepada umat Islam seluruh dunia diserukan untuk bersatu padu, bergerak berjamaah bebaskan Al Aqsa dan Palestina. Karena hanya dengan persatuanlah kedzaliman dapat dikalahkan, dengan izin Allah Ta’ala. Khususnya kepada seluruh rakyat Palestina, seluruh faksi diserukan untuk melakukan semua upaya demi terwujudnya persatuan nasional (QS. Ali Imran 103). Diserukan juga kepada umat Islam dan seluruh elemen masyarakat yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan anti imperialisme untuk terus memperkuat doa, dukungan, dan bantuan untuk kemerdekaan rakyat Palestina dan pembebasan Masjid Al Aqsa.

7. AWG menyerukan kepada rakyat Palestina tetap tabah-sabar dan optimistis untuk terus menggelorakan perlawanan. Bangsa Indonesia dan masyarakat dunia yang antikezaliman, antiimperialisme akan terus mendukung dan membantu. Lebih dari itu, Allah Ta’ala akan selalu berada bersama orang-orang yang anti kedzaliman. “Sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat” (QS. Al Baqarah 214). Bahkan sesungguhnya kebrutalan Zionis Israel yang semakin menggila menunjukan bahwa kehancuran mereka semakin dekat (QS. Al Isra 7).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement