REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Berita penculikan anak bernama Malika alias MA di Gunung Sahari, Jakarta Pusat, membuat para orang tua khawatir bila anandanya menjadi korban penculikan. Lalu bagaimana caranya agar anak terhindar dari penculikan?
Psikolog anak, Ine Indriani mengakui kejahatan terhadap anak saat ini memang semakin marak. Hal ini bisa terjadi di lingkungan sekitar bahkan di dalam rumah sekalipun. Karena itu, diperlukan penanganan dan penjagaan yang lebih ekstra.
1. Ajari anak menolak
Ine mengatakan bila anak sudah bisa diajak bicara, berarti anak sudah bisa diberi tahu agar menolak bila diajak orang yang tak dikenal.
"Kalaupun pergi, harus memberi tahu ayah bundanya. Jadi, memang benar-benar ekstra pengawasannya," ujarnya kepada Republika beberapa waktu lalu.
2. Ajari anak untuk mengenali bentuk kejahatan
Ine menyarankan untuk memberi tahu anak, bila ada yang mencurigakannya agar ia langsung lari.
"Kalau ada orang yang memberi makanan apa pun itu tidak boleh, kalau ada yang memberikan makanan yang kamu suka, kamu ingin sekali, bilang ke Mama, Mama akan dibelikan," ujar Ine memberikan contoh.
Cara ini, menurut Ine, lebih baik dilakukan guna menghindari kejahatan yang akan menimpa anak.
3. Awasi anak saat bermain
Menurut Ine, anak di bawah usia empat tahun atau balita di bawah enam tahun masih perlu diawasi ketika main di luar. Batasi, misalnya, di lingkungan blok saja. Kecuali sudah tahu kondisi lingkungannya.
Saat sudah lebih besar lagi, anak sudah bisa diberi tahu bahwa ia hanya boleh bermain di rumah atau di sekitar kompleks. Bagi mereka yang tinggal di tepi jalan besar, Ine mengingatkan agar orang tua lebih meningkatkan kewaspadaan.
4. Kenali kondisi lingkungan
Mengingat setiap lingkungan berbeda-beda, orang tua harus tahu kondisi lingkungannya seperti apa. Selain mengenali lingkungan, kenali pula karakteristik orang-orangnya. Walaupun lingkungannya tidak dikenal, lebih baik kenali dulu karakteristiknya.
5. Edukasi anak tentang batasan tubuh
Ine mengungkapkan sebenarnya yang harus disiapkan adalah edukasi dan pengetahuan anak. Ajarkan anak mengenai batasan tubuh mana yang boleh dipegang atau body boundaries.
Ajarkan pada anak, tidak boleh ada yang pegang bagian tubuhnya dari ujung bahu sampai lutut, kecuali mama papa, atau pengasuh yang membantu membersihkan alat vital ketika BAB atau BAK.
Ketika ada yang pegang, ajarkan anak memberi tahu orang tuanya."Gunakan bahasa yang bisa dipahami anak, tidak usah ajarkan anak apa itu kejahatan seksual, beri tahu saja ini daerah pribadi kita yang harus kita jaga, tidak boleh ada yang pegang, kecuali seperti pelukan atau apa yang dilakukan oleh orang tua," tambahnya.
Untuk mencegah terjadinya pelecehan, Ine menyarankan agar anak naik kendaraan umum atau jalan kaki dibandingkan ojek. Ketika naik ojek sekalipun, berikan anak keterampilan untuk naik dan turun sendiri tanpa bantuan. "Ini untuk mencegah," ujarnya.
Selain edukasi untuk anak, berikan juga edukasi kepada pembantu atau ART, supir, dan ojek langganan. Beri tahu mereka batasan bagian tubuh anak yang tak boleh disentuh. "Jika mereka malah marah, kita justru jadi bisa menyortir ART atau tukang ojek yang seperti apa, kalau tidak sesuai ganti saja," ujarnya