Kamis 05 Jan 2023 09:00 WIB

Simtud Durar dan Kemeriahan Maulid Nabi Muhammad di Lamu 

Setiap bulan Maulid Nabi Muhammad, orang-orang di Lamu akan merayakannya.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
 Simtud Durar dan Kemeriahan Maulid Nabi Muhammad di Lamu. Foto:  Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad
Foto: Dok Republika
Simtud Durar dan Kemeriahan Maulid Nabi Muhammad di Lamu. Foto: Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Setiap datang bulan maulid, orang-orang di kota Lamu, Kenya akan menyambutnya dengan menggelar acara maulid yang sangat meriah. Pada masa lalu, sekitar 1300an Hijriah, ada seorang dzurriyah Nabi Muhammad SAW bernama Habib Saleh bin Alwi Jamalullail atau dikenal dengan sebutan Habib Swalleh Jamal Lely yang begitu masyhur di Afrika, khususnya Afrika Timur. Habib Saleh menyebarkan Islam di Kenya terutama di kota Lamu dan mengajak umat Muslim di sana untuk mencintai Rasulullah SAW dengan memperingati maulid. 

Di kota Lamu terdapat sebuah masjid bernama masjid Riyadh. Saban datang bulan maulid, masjid itu penuh didatangi banyak orang dari berbagai wilayah. Di masjid itulah, Habib Saleh mengajak umat membaca maulid khususnya kitab Maulid Simtud Durar yang disusun oleh Habib Ali Al Habsyi. Rangkaian acara peringatan maulid di kota Lamu berlangsung cukup panjang bahkan hingga seminggu. Dan peringatan maulid di Lamu itu menjadi yang paling banyak dikunjungi orang-orang dibanding kota lainnya. 

Baca Juga

Dikutip dalam Biografi Habib Ali Al Habsyi Muallif Simtud Durar yang disusun oleh Habib Husein Anis Al Habsyi yang diterbitkan Pustaka Zawiyah, menjelang peringatan maulid di Lamu pada bulan Rabiul Awwal, orang-orang mulai berdatangan dari Malawi, Afrika Selatan, Mozambique, Pulau Komoro, Uganda, Somalia, Tanzania dan lainnya. Kunjungan ribuan orang itu meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dan membuat ekonomi di Lamu mengalami perkembangan.

Masjid Riyadh menjadi penuh dengan cahaya pelita. Dalam masjid itu digantungkan seribu pelita dan dihadiri banyak orang. Selama berlangsung peringatan maulid, di halaman masjid Riyadh diadakan berbagai kegiatan dan hiburan seperti lagi dan tarian. Selain itu dalam rangkaian peringatan maulid orang-orang juga menyelenggarakan berbagai perlombaan seperti berenang, balap perahu, lomba memakai inai, tarik tambang, balap keledai dan lainnya yang menunjukkan peringatan ini bersifat spiritual dan kultural.

Seorang peneliti dari Fakultas Antropologi Universitas Florida, Profesor Rebecca Gearthart menulis tentang pengalamannya menyaksikan kemeriahan peringatan maulid nabi di Lamu. Dalam artikel yang ditulisnya berjudul 'Empat Hari di Lamu: Menghadiri Peringatan Maulid', Prof Rebecca menulis bahwa masyarakat yang tinggal di pulau Lamu, Kenya telah menunggu-nunggu sepanjang tahun akan datangnya maulid, yaitu peringatan kelahiran nabi Muhammad SAW. Ribuan orang dari Afrika Timur dan mancanegara membanjiri kota kecil Lamu untuk menghadiri peringatan maulid selama empat hari pada bulan Rabiul Awwal. 

Selama peringatan maulid di Lamu, halaman Masjid Riyadh menjadi arena untuk memainkan musik dan tarian tradisional tiap sore dan malam. Yang pokok adalah Tarian Uta, yang dilakukan oleh keturunan dari murid pertama Habib Saleh di depan rumah beliau. Menyaksikan para wagema - sebutan bagi orang-orang yang bekerja diperkebunan kelapa- menarikan tarian Uta merupakan kegemaran Habib Saleh. 

Masing-masing masjid di kota Lamu menerapkan satu hari di bulan Rabiul Awwal untuk memperingati maulid. Ada beberapa kitab maulid yang dibaca pada bulan itu, namun kitab maulid yang ditulis oleh Habib Ali Al Habsyi yakni Maulid Simtud Durar menjadi yang paling disukai di Lamu. 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement