REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Nabi dan rasul ditugaskan untuk menyampaikan kebenaran kepada umat manusia. Tapi dalam melakukan itu, mereka dihadapkan dengan tantangan yang luar biasa sehingga ada salah seorang dari mereka yang terpaksa berbohong. Siapakah dia?
Dia adalah Khalilullah (el-khalil) Nabi Ibrahim Alaihissalam. Nabi yang sejak kecil sudah dibersamai Allah sehingga tumbuh menjadi insan pemberani menghadapi raja Namrud (Nimrod).
Kisah dia berbohong terjadi beberapa kali. Pertama adalah saat dia menghancurkan berhala-berhala yang disembar banyak orang. Kemudian menyisakan satu berhala yang paling besar. Ketika orang-orang bertanya kepada Ibrahim siapa yang menghancurkan berhala - berhala itu, dia menjawab, bahwa yang menghancurkan mereka adalah berhala yang besar.
Penguasa Namrud murka mendengar jawaban itu. Dia menghukum Ibrahim dengan membakarnya. Tapi karena ibrahim ditemani Allah, maka sang nabi yang seharusnya merasakan panas dan terbakar hancur, malah justru merasakan dingin dan ketenangan saat nyala api menjilati tubuhnya.
Bohong yang kedua adalah saat berjalan bersama istri tercinta Sarah. Wanita satu ini dikenal berparas cantik. Kecantikannya membuat orang-orang di sekitarnya hormat kepada wanita tersebut. Bahkan ada yang mengatakan, bahwa pria yang tertampan adalah Nabi Yusuf. Sedangkan wanita tercantik adalah Sarah, istri Ibrahim.
Nah, suatu ketika, Sarah bersama Ibrahim datang ke sebuah daerah. Penguasa di sana masyhur sebagai pria yang gemar menyetubuhi wanita cantik. Bila si penguasa mengetahui ada perempuan cantik sudah bersuami, maka dia akan membunuh si suami dan mempersunting si wanita tersebut.
Saat Ibrahim bersama Sarah tiba di daerah tersebut, informasi menyebar ke banyak orang. Penduduk di sana mengagumi paras cantik Sarah. Bahkan info itu sampai ke telinga si penguasa. Itu sultan langsung bernafsu hendak menemui Sarah dan mempersuntingnya.
Lalu datanglah pasukan pengawal menjemput Sarah dan Ibrahim. Keduanya dihadapkan kepada si sultan. Si pemegang tahta bertanya kepada Ibrahim, “Siapa engkau?” kemudian Ibrahim tidak menyebut dirinya sebagai suami Sarah. Dia malah menjawab, “Saya saudara Sarah.” Karena dusta itu, Ibrahim selamat dari ancaman si penguasa zalim.
Ibrahim diminta keluar dan Sarah tetap bersama si sultan. Ibrahim berdoa agar Allah melindungi Sarah. Sarah juga berdoa yang sama.
Sementara si Sultan hendak menjamah Sarah, tapi tidak pernah berhasil. Tubuhnya mendadak gemetar dan membeku ketika hendak berbuat jahat terhadap Sarah.
Si Sultan ketakutan, sampai akhirnya menganggap Sarah adalah wanita hebat. Akhirnya, keduanya dibebaskan. Selamatlah Ibrahim dan Sarah dari kezaliman penguasa.