REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Anggota parlemen Pakistan mencalonkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk kandidat penerima Hadiah Nobel Perdamaian. Pengajuan ini dinilai perlu karena upaya Erdogan untuk menyelesaikan krisis Ukraina.
"Perang Rusia-Ukraina dengan cepat berubah menjadi titik nyala nuklir yang bisa berakhir dengan malapetaka bagi seluruh dunia. Karena usahanya (Erdogan) yang tak kenal lelah, intervensi yang tepat waktu dan efektif dengan kedua belah pihak, dia seorang diri mencegah bencana global,” ujar Ketua Senat Pakistan Muhammad Sadiq Sanjrani dalam sebuah surat kepada Komite Nobel Norwegia dikutip dari Anadolu Agency.
Sanjrani melalui sebuah surat telah secara resmi mendaftarkan pencalonan yang mendukung Erdogan untuk "Hadiah Nobel Perdamaian" atas upayanya menyelesaikan krisis Ukraina. Dia menyebut Erdogan sebagai negarawan dan pemimpin sejati.
Erdogan dinilai selalu berjuang untuk kemajuan dan kemakmuran bukan hanya negaranya, tetapi kawasan dan dunia pada umumnya. Sanjrani menggarisbawahi bahwa presiden Turki membawa pesan sejati dari Nabi Suci Muhammad SAW dan ajarannya tentang perdamaian, toleransi, dan cinta untuk seluruh umat manusia.
"Sambil terus menghilangkan mitos dan kesalahpahaman yang berkaitan dengan ajaran Islam," ujar Sanjrani.
Senat Pakistan mengatakan telah secara resmi mendaftarkan pencalonan yang mendukung pemimpin Turki pada Rabu (4/1/2023).