REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sutradara Garin Nugroho kembali merilis film terbarunya berjudul Puisi Cinta yang Membunuh. Ini merupakan film horor perdana Garin, dan terinspirasi dari buku puisinya berjudul Adam, Hawa, dan Durian.
Selain itu, film ini juga terinspirasi dari fenomena masyarakat tentang trauma healing dari berbagai bentuk kekerasan ekstrem hingga mitos tenaga supernatural, serta budaya populer. Film ini menceritakan tentang Ranum (Mawar de Jongh) yang mudah terpikat dengan kata-kata indah para pria yang kemudian menghianatinya. Hal itu berujung pada kematian mereka dan munculnya sosok misterius. Teror pun terus bermunculan.
Tidak hanya mengandalkan jumpscare, karakter dan adegan yang diselipkan di film ini berbeda dibandingkan film horor lain. Misalnya, kehadiran tokoh desainer lesbi bernama Deren (Kelly Tandiono).
Adegan romantis tokoh Deren terlihat pada menit ke-26 hingga ke-28. Deren yang merupakan salah satu dosen Ranum terlihat saling menggoda Ellen (Izabel Jahja) yang sedang mandi di bathub. Sebelum Ellen mengeringkan tubuhnya, Deren terlihat menyentuh paha Ellen.
Ellen kemudian mengangkat tubuhnya dari bathub. Sementara itu, Deren terlihat membawa kain berwarna merah yang digunakan untuk menutupi tubuh Ellen. Setelah menutupi tubuhnya, Deren memeluk Ellen dari belakang. Mereka saling bertatapan dan bermesraan.
Puisi Cinta yang Membunuh merupakan film dengan kategori dewasa 17+. Ada adegan dewasa lain yang diperlihatkan, seperti adegan gore yang bisa membuat penonton meringis.
Bagi beberapa penonton, mungkin selipan adegan bercumbu LGBTQ terasa mengganggu. Salah seorang penonton bernama Fina (20 tahun) mengaku kaget melihat ada adegan LGBTQ di film Indonesia.
“Kaget karena baru pertama nonton film Indonesia yang ada unsur LGBTQ-nya. Saya juga sebelumnya belum pernah nonton adegan yang ada unsur LGBTQnya,” kata Fina kepada Republika.co.id, Kamis (5/1/2022).
Menurut Fina, karakter LGBTQ tidak terlalu penting dihadirkan di film. Sebab, tidak memengaruhi alur cerita yang disuguhkan. “Tidak perlu ada karakter LGBTQ, tidak ngaruh sama ceritanya,” ucap dia.
Hal serupa diungkapkan penonton lain bernama Mira (32 tahun). Dia merasa kurang nyaman dengan adanya adegan LGBTQ di film Indonesia.
“Kalau beberapa adegan dewasa saya tidak apa-apa ya karena filmnya sudah diberi tahu 17+. Namun, yang membuat saya tidak enak dilihat ketika ada karakter lesbi. Soalnya ini film buatan Indonesia, saya kira unsur LGBTQ tidak ada,” ujarnya.
Meski begitu, secara keseluruhan Mira menyukai film Puisi Cinta yang Membunuh. Adegan gore yang dihadirkan cukup membuat dia ngeri. Selain itu, dia juga menyukai pesan yang ingin disampaikan lewat film ini, seperti kekeluargaan dan trauma seseorang.
"Adegan gore-nya buat ngeri. Karena unsur jumpscare-nya tidak terlihat, film horornya jadi biasa aja. Tapi, saya suka dengan pesan yang terkandung dalam film," kata dia.
Garin Nugroho merupakan sutradara yang pernah memenangkan sejumlah prestasi. Salah satu filmnya adalah Kucumbu Tubuh Indahku yang telah memenangkan sejumlah penghargaan bergengsi, seperti Festival Film Indonesia kategori sutradara terbaik dan Asia Pasicif Screen Awards kategori Cultural Diversity Award.