Jumat 06 Jan 2023 05:59 WIB

Pakar Transportasi UGM : WFH Bukan Solusi Atasi Kemacetan Jakarta, Ini Sarannya

Kebijakan bekerja secara WFH atau WFO ini tidak ditetapkan sama rata di setiap sektor. Sebaiknya pengaturan kebijakan sistem kerja dilakukan instansi masing-masing disesuaikan dengan jenis pekerjaan maupun kondisi pegawainya.

Rep: Heri Purwata/ Red: Partner
.
Foto: network /Heri Purwata
.

Kemacetan di Jakarta. (foto : istimewa)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Pakar Tata Rancang Kota Universitas Gadjah Mada (UGM), Ir Ikaputra, MEng, PhD menandaskan Work From Home (WFH) bukan solusi untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Sebab kemacetan ditimbulkan banyak warga yang menggunakan transportasi pribadi.

Ikaputra yang juga pakar transportasi mengungkapkan hal tersebut untuk menanggapi adanya Petisi yang menuntut agar kantor-kantor mengembalikan WFH. Sebab Work From Office (WFO) dinilai membuat kemacetan di jalan menuju kantor dan kemacetan tersebut membuat para pekerja menjadi stres serta berdampak pada performa kerja yang kurang optimal.

BACA JUGA : Cegah Kekeringan, UGM Pasang Geomembrane di Embung Selopamioro, Keren!

Menurut Ikaputra, petisi tersebut cukup logis dan pekerja kantoran yang merasakan sejumlah manfaat dengan sistem kerja WFH di masa pandemi Covid-19. Keuntungannya, efisiensi waktu, penghematan bahan bakar, menekan emisi gas dan polusi akibat pengurangan penggunaan kendaraan menuju tempat kerja, dan lainnya.

Ikaputra mengatakan jauh sebelum pandemi Covid-19 sebenarnya sudah dikenalkan teknologi komunikasi secara online. Namun teknologi ini masih jarang digunakan untuk mendukung proses kerja. Pandemi Covid-19 memaksa sebagian besar orang menggunakannya untuk mendukung kerja dari rumah. Penerapan WFH memunculkan pemahaman tentang keuntungan penggunaan teknologi komunikasi online ini untuk para pekerja.

Namun di sisi lain, ada banyak sektor termasuk transportasi yang tidak bergerak dan tidak produktif. Juga sektor pekerjaan yang mengharuskan bertatap muka dan memanfaatkan mobilitas. "Ketika tidak bergerak, di rumah saja, banyak orang yang tidak mendapatkan penghasilan,” kata Ketua Pusat Studi Transportasi (PUSTRAL) UGM ini, Kamis (5/1/2023).

Menurut dosen Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM ini kemacetan sebenarnya bukan terletak pada kebijakan WFH atau WFO. Namun, lebih ke arah bagaimana menggunakan sistem komunikasi yang memudahkan orang-orang berkegiatan dalam berbagai aspek kehidupan. “Bukan WFH atau WFO tapi pengelolaan tentang komunikasi online atau offline ini yang lebih penting. Semuanya harus jadi opsi,” katanya.

BACA JUGA : Virtual Reality Telerehabilitation Efektif Sembuhkan Penyakit Parkinson

Kemacetan di Jakarta, jelas Ikaputra, bisa ditekan apabila masyarakat memiliki kesadaran dan kemauan untuk menggunakan transportasi publik sebagai wahana transportasi menuju tempat kerja ataupun menjalani aktivitas lainnya. Namun banyak warga di Jakarta yang memilih menggunakan kendaraan pribadi sebagai alat mobilitas sehari-hari dari pada memakai transportasi publik. "Karena itu penting membangun mindset dan budaya memahami keuntungan menggunakan transportasi publik,” ujarnya.

Ikaputra menilai persoalan transportasi di Jakarta terletak pada layanan dan jumlah penduduknya. Jakarta terus berbenah untuk mewujudkan transportasi publik yang lebih baik dengan penambahan dan perbaikan berbagai fasilitas. Di antaranya, peresmian Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral dan terbesar di Indonesia.

Pengembangan Stasiun Manggarai ini akan meningkatkan kapasitas jumlah penumpang yang transit di sana. “Lima tahun lalu ada sekitar 800 ribu orang per harinya yang berpindah melalui stasiun ini dan sekarang ada sekitar 1,1 juta orang per hari. Orang yang berpindah lebih banyak, artinya kan semakin banyak yang menggunakan, ada perbaikan layanan jadi semakin baik,” katanya.

Apabila kebijakan WFH kembali diterapkan, Ikaputra menyebutkan akan menghambat bahkan menghentikan kerja transportasi publik. “Perputaran ekonomi di sektor transportasi akan berhenti, perputaran ekonomi hanya terjadi di kantor saja. Ini yang harus dipahami juga,” terangnya.

BACA JUGA : 'KLINIKOO Dental Scanning,' Aplikasi Deteksi Dini Kesehatan Gigi, Inovasi FT UGM, Silakan Coba

Sementara Prof Dr -Ing Ir Ahmad Munawar, MSc, pengamat transportasi UGM mengatakan WFH bukan menjadi jawaban untuk mengatasi persoalan kemacetan transportasi di Jakarta. Masalah kemacetan bisa diselesaikan dengan penyediaan fasilitas angkutan umum yang memadai serta pengurangan kendaraan pribadi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. “Kalau penyelesaian macet itu dengan sistem transportasi yang baik dan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi,” kata Munawar.

Ahmad Munawar mengungkapkan Jakarta merupakan kota terbaik penggunaan angkutan publik dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. DKI Jakarta memiliki transportasi umum yang tergolong lengkap mulai dari MRT, Trans Jakarta, ada integrasi dan keterpaduan angkutan umum di Jakarta dengan kabupaten kota di sekitarnya.

“Jakarta itu sudah terbaik dalam penggunaan anguktan umumnya, tapi karena jumlah penduduknya yang sedemikian banyak sehingga perlu diperbaiki lagi. Prosentase penggunaan angkutan umum di Jakarta termasuk tinggi, tetapi banyak yang tinggal di luar Jakarta sehingga perlu penambahan angkutan umum dan susbsidi yang tinggi,” katanya.

Menurut Ahmad Munawar kebijakan bekerja secara WFH atau WFO ini tidak ditetapkan sama rata di setiap sektor. Sebaiknya pengaturan kebijakan sistem kerja dilakukan instansi masing-masing disesuaikan dengan jenis pekerjaan maupun kondisi pegawainya.

Ia mencontohkan di sektor pendidikan. Pengalaman mengajarnya selama pandemi Covid-19 secara virtual, dinilainya kurang efektif. Ada hal-hal yang tidak tercapai dengan maksimal saat dilakukan secara online seperti interaksi dan diskusi antara dosen dengan mahasiswa.

Namun saat pembelajaran kembali dilakukan secara offline di kampus, pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif. Interaksi antara dosen dan mahasiswa serta mahasiswa dan mahasiswa berjalan dengan baik sehingga kemampuan mahasiswa berdiskusi sangat tinggi. “Harus dilihat kalau bisa efisien dan efektif WFH ya silakan, tapi kalau tidak ya kerja di kantor,” saran Ahmad Munawar. (*)

BACA JUGA : Bahan Ajar e-Learning Selama Pandemi Covid-19 Belum Memuaskan Mahasiswa, Mengapa?

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement