Jumat 06 Jan 2023 11:43 WIB

Kiaiku, Kakek Anak-Anakku: Sekilas Pandang Sosok dan Kiprah KH A Wahab Muhsin

KH A Wahab Muhsin aktif berkhidmah untuk lembaga pendidikan dan umat

Pesantren Sukahideng Tasikmalaya, di bawah asuhan almarhum KH A Wahab Muhsin
Foto: Dok Republika
Pesantren Sukahideng Tasikmalaya, di bawah asuhan almarhum KH A Wahab Muhsin

Oleh : Prof Syihabuddin, guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Santri Sukahideng 1969

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- KH A Wahab Muhsin merupakan tokoh panutan, tidak hanya bagi para santrinya, tetapi juga bagi warga masyarakat terutama masyarakat Tasikmalaya. Betapa banyak kiprahnya dalam bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan serta sikap hidup keseharian yang patut diteladani.

Abah (biasa saya dan cucu-cucu memanggilnya) di samping mengajar rutin di pesantren juga mengajar di IAIC (Institut Agama Islam Cipasung) dan di Perguruan Tinggi Agama Islam Al-Musaddadiyyah Garut.

Baca Juga

Karena kedalaman ilmu yang ditekuninya dan keseriusan dalam mengajar almaghfurlah Prof Anwar Musaddad  mengajukannya untuk mendapat gelar guru besar (Profesor), namun secara halus beliau menolaknya, penolakan itu karena muncul dari sikap ketawadluannya, dan pertimbangan konsekuensi logis dari anugerah yang akan disandangnya, berarti beliau harus sering meninggalkan pesantren dan sibuk dengan kegiatan-kegiatan di kampus.

Waktu itu saya pun pernah mendengar ada yang mengajukannya untuk menjadi ketua MUI wilayah Jawa Barat, pengajuan itu pun ditolaknya dengan alasan yang hampir sama.

Dalam proses belajar mengajar di pesantren, beliau menggunakan metode yang cukup unik. Dikatakan unik karena berbeda dengan metode mengajar yang umumnya digunakan. Bagi saya dan kawan-kawan yang masuk pesantren Sukahideng langsung ke kelas 5 PGA (kelas 2 Aliyah), metode pengajarannya sangat membantu mempercepat pemahaman. Misalnya pelajaran Ushul Fiqh, beliau tidak menggunakan teks-teks berbahasa Arab, melainkan menggunakan buku Ushul Fiqh berbahasa Indonesia.

Dalam metode pembelajaran, terutama Ushul Fiqh, beliau sering menggunkana metode induktif /   طريقة الاستقراء  yaitu metode yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus, kemudian disimpulkan menjadi suatu fakta, prinsip, aturan atau kaidah. 

Menurut para ahli, penggunaan metode ini banyak keunggulannya, antara lain memicu peserta didik (santri) untuk terlibat dalam memikirkan contoh, kasus  yang sedang guru jelaskan.

Saya tidak begitu yakin beliau pernah membaca tentang metode pembelajaran seperti itu. Namun menurut zhan saya metode itu muncul begitu saja pada diri beliau sehingga menjadi malakah yang khas bagi beliau. 

Pengajian kitab yang saya dan kawan ikuti langsung kepada beliau antara lain  pengajian kitab Alfiyah. Bagi kami waktu itu kitab Alfiyah sangat sulit difahami, karena ada beberapa problem yang dihadapi, antara lain kosa kata yang digunakan, struktur kalimat yang terikat dengan kaidah syi-‘ir (puisi), dan konten atau isi kaidah kebahasaan  yang dikandung di dalamnya. 

Biasanya Abah memulainya dengan “ngaloghat” (mebaca kata demi kata sesuai dengan kedudukannya dalam kalimat), lalu untuk memudahkan pemahaman kepada santri struktur nadham yang ada dalam bait itu diubahnya menjadi struktur kalimat biasa yang tidak terikat dengan kaidah-kaidah puisi (wazan syi’ir dan qafiyah), lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa Sunda dan terkadang ke dalam bahasa Indonesia. Setelah itu santri diminta membacanya secara bergiliran. 

 

Karya-karya monumental 

Abah seorang ilmuwan sekaligus seorang seniman, banyak karya-karya seninya yang monumental, diantaranya diabadikan dalam senandung lagu-lagu Al-Manar, yaitu lagu Salam ka Panutan dan Raray Agan. Adapun karya-karyanya bidang ilmu dan literasi antara lain:

Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni

1. Taisîr al-Thalabah: Mabàdi fî ‘Ilm al-Balàghah 

Buku ini berisi pokok-pokok atau dasar-dasar ilmu balaghah. dalam mukaddimahnya beliau menulis:

الحمد لله الذي قصرت عبارة البلغاء و عن الإحاطة بمعاني آياته، و عجزت ألسن الفصحاء عن بيان بدائع مصنوعاته، والصلاة والسلام على من سلك طرفي البلاغة إطنابا و إيجازا ، و على آله وأصحابه الفاتحين يهديهم إلى الحقيقة مجازا، وبعد

Betapa indahnya uslub yang digunakan untuk mukaddimah buku ini. Sesusai dengan namanya ilmu Balaghah, kalimat yang digunakannya pun kalam baligh, diksi yang digunakannya merupakan Pasal-Pasal yang akan dipelajari dalam ilmu balaghah.

Ada disebutkan qashar, al-bulaghà (para ahli balaghah), al-fushahà (orang-orang yang tutur katanya fasih), badài (bentuk plural dari badî’ yaitu ilmu yang mempelajari tentang penghalusan tuturan), al-balaghah, ithnâb, îjâz, haqiqat, dan majâz.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement