REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) Kota Sabang menyebutkan6.474 anak di Pulau Weh telah mendapatkan imunisasi polio tetesselama Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio menyusul kejadian luar biasa kasus polio di Provinsi Aceh.
Kepala Dinas Kesehatan dan KB Kota Sabang Edi Suhartodi Sabang, Rabu, mengatakan imunisasi polio di Sabang telah mencapai 6.474 anak atau 83,8 persen dari target 7.729 anak usia 0-12 tahun di Pulau Weh.
"Di beberapa kecamatan sudah selesai, di MIN ini yang masih perlu perhatian lebih, di mana kita menargetkan 476 anak untuk diimunisasi, jadi kita harus mencapai target itu, sejauh ini sekitar 226 anak sudah di imunisasi,? katanya.
Hal itu disampaikan Edi di sela-sela peninjauan imunisasi polio di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kota Sabang bersama Penjabat Wali Kota Sabang Reza Fahlevi, unsur Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Sabang, Kemenag Sabang, Komite MIN, serta TNI/Polri.
Ia juga mengimbau para orang tua lebih menyadari bahaya polio tidak ada obat. Anak berpotensi besar terserang polio apabila tidak mendapat imunisasi.
Imunisasi polio tersebut dilakukan sebagai respons KLBkasus polio yang terdeteksi di wilayah Mane, Kabupaten Pidie, Aceh. Pencanangan pelaksanaan Sub PIN polio Aceh sudah dilakukan pada awal Desember 2022.
Oleh sebab itu, Edi mengimbau para orang tua lebih menyadari bahaya polio, karena tidak ada obat.
Anak berpotensi besar terserang polio apabila tidak mendapat imunisasi, sehingga lebih baik mencegah lebih awal.
Penjabat Wali Kota Sabang Reza Fahlevi mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan cakupan imunisasi polio agar anak-anak di kota wisata tersebut terlindungi dari bahaya penyakit lumpuh layu atau polio.
"Kami terus mengejar pemberian imunisasi tetes polio, yang selama ini telah dilakukan di posyandu, sekolah-sekolah, hingga ke rumah-rumah masyarakat," katanya.
Ia menambahkan capaian target proteksi polio di Sabang masih kurang, yakni baru 83,8 persen anak yang sudah dapat imunisasi.
Oleh karena itu, pihaknya terus mendorong percepatan penambahan pemberian imunisasi.
"Tadi kita juga berdialog dan menyosialisasikan sekaligus mengajak para orang tua murid agar lebih paham bahwa imunisasi tetes polio ini sangatlah penting," ujarnya.
Sejauh ini, menurut dia, tantangan yang dialami petugas di lapangan yaitu masih ada orang tua yang menolak anaknya diberikan imunisasi polio.
Hal ini terjadi karena pemahaman orang tua tentang polio masih kurang, sehingga menghambat terhadap upaya pemerintah memproteksi seluruh anak Sabang.
"Ini tidak mudah dan tidak bisa dilakukan secara cepat, kita harus terus berusaha lebih kuat lagi untuk memberikan pemahaman dan penjelasan kepada masyarakat karena penyakit polio ini tidak bisa diobati, tapi hanya bisa dicegah," ujarnya.