REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Perwakilan Tetap Pertama Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky menyoroti keputusan Ukraina menolak penerapan gencatan senjata yang diumumkan Presiden Rusia Vladimir Putin. Menurunya, Kiev mengorbankan rakyatnya demi permainan geopolitik Barat.
"Satu pengingat lagi dengan siapa kami berperang di Ukraina: penjahat nasionalis kejam yang siap mengorbankan negara mereka serta rakyatnya demi permainan geopolitik Barat dan yang tidak menghormati hal-hal suci," tulis Polyansky lewat akun Twitter-nya, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Polyansky menyinggung hal suci dalam cicitannya karena gencatan senjata yang diterapkan Putin bertujuan menghormati perayaan Natal oleh penganut Kristen Ortodoks, baik di Rusia maupun Ukraina. Natal Kristen Ortodoks diperingati setiap 6-7 Januari.
Putin telah memerintahkan penerapan gencatan senjata selama 36 jam di Ukraina terhitung sejak Jumat (6/1/2023) pukul 12:00 waktu setempat. Putin mengabulkan permintaan kepala Gereja Ortodoks Rusia Patriark Kirill yang memandang perlu adanya penangguhan sementara pertempuran dalam rangka perayaan Natal Kristen Ortodoks.
“Dengan mempertimbangkan seruan Yang Mulia Patriark Kirill, saya menginstruksikan Menteri Pertahanan Federasi Rusia untuk memperkenalkan rezim gencatan senjata di sepanjang garis kontak para pihak di Ukraina dari pukul 12.00 pada 6 Januari 2023 hingga pukul 24.00 pada 7 Januari 2023,” kata Putin dalam perintahnya, Kamis (5/1/2023) lalu.
Namun Ukraina, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Jerman, menolak gencatan senjata tersebut. Penasihat senior Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak, mengatakan, Rusia harus meninggalkan wilayah Ukraina yang didud uki jika menghendaki adanya gencatan senjata sementara. “Simpan kemunafikan untuk diri Anda sendiri,” tulis Podolyak di akun Twitter resminya menanggapi pengumuman gencatan senjata oleh Putin.
Dalam pernyataan terpisah, Podolyak berpendapat, gencatan senjata yang diumumkan Putin hanya propaganda, tidak lebih. “Rusia berusaha mencari cara untuk menurunkan intensitas pertempuran serta intensitas serangan di pusat logistiknya guna memperkuat dan berpadu kembali,” ucapnya.
Pendapat hampir serupa turut diutarakan Presiden AS Joe Biden. Dia menilai, gencatan senjata selama 36 jam yang diumumkan Putin dalam rangka perayaan Natal Kristen Ortodoks hanya dalih untuk membuka ruang bernapas dalam pertempuran. “Saya pikir dia (Putin) sedang berusaha mencari oksigen,” katanya.