Sabtu 07 Jan 2023 04:51 WIB

Anjuran Bertabayun dalam Menerima Informasi

Dalam Islam, penekanan itu bahkan disinggung dalam Alquran.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Anjuran Bertabayun dalam Menerima Informasi
Foto: Republika.co.id
Anjuran Bertabayun dalam Menerima Informasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar di Islamic Center of New York Imam Shamsi Ali menekankan pentingnya bertabayun dalam menerima informasi. Dalam Islam, penekanan itu bahkan disinggung dalam Alquran.

Allah berfirman dalam Alquran Surah Al Hujurat ayat 6, "Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu,".

Baca Juga

Pada ayat ini, kata Imam Shamsi, Allah menggariskan satu hal penting dalam hubungan antar manusia. Hal itu adalah upaya menjaga kemungkinan terjadi kesalahpahaman, atau mungkin manipulasi informasi di antara sesama manusia.

"Salah satunya adalah urgensi klarifikasi (tabayun) terhadap setiap informasi yang sampai kepada kita. Hal ini menjadi sangat penting, selain karena kita hidup dalam dunia informasi yang penuh misinformasi. Juga karena salah satu kecenderungan manusia adalah “gesit sharing” informasi yang diterimanya, bahkan sebelum dia sendiri paham secara baik," kata Imam Shamsi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, (6/1/2023).

Akibatnya informasi kecil boleh jadi menjadi besar. Informasi biasa boleh jadi menjadi luar biasa. Satu kesalahan informasi melebar dan menyebar menjadi seribu mis-informasi. Di sinilah kemudian Alquran mengingatkan umat manusia untuk bertabayun, khususnya jika hal itu terkait dengan kesalahan atau dosa (kefasikan).

Imam Shamsi menjelaskan bahwa kata 'Inaa jaa-akum faasiq/Jika datang padamu orang fasik) maka itu bisa dimaknai: jika ada orang fasik yang anda kenal datang dengan berita. Atau boleh juga bermakna jika berita yang dibawa itu memang mengandung kefasikan (dosa-dosa). Atau boleh jadi berita yang disampaikan itu dapat menimbulkan kefasikan dan dosa.

Seringkali informasi yang disampaikan tentang seseorang/sesuatu dianggap biasa saja. Bahkan mungkin dinilai baik-baik saja. Namun boleh saja informasi itu tidak disukai oleh baik mengenai seseorang itu atau tidak disukai oleh orang yang menerimanya. Pada akhirnya yang timbul adalah “ketidak enakan” akibat dari misinformasi yang bisa saja menimbulkan kesalah pahaman.

Kefasikan di sini juga bisa berarti setting atau bentuk (keadaan) terjadinya pembicaraan yang kemudian menjadi obyek informasi. Ada sebuah pepatah yang mengatakan, 'bahwa setiap pembicaraan itu ada tempatnya (posisi/keadaan). Dan setiap keadaan ada cara ekspresi yang sesuai,'.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement