REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Pengadilan Agama Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Jatim) menangani 1.982 sidang sengketa perkara perceraian selama 2022. Kasus terbanyak didominasi pasangan muda.
"Paling banyak kasus perceraian diajukan pasangan usia produktif, antara 20-30 tahun. Ada juga yang usia 30 tahun ke atas hingga 60 tahun, tapi persentasenya sedikit," kata Humas Pengadilan Agama Kabupaten Ponorogo Ruhana Faried, Sabtu (7/1/2023).
Ia tidak merinci angka kasus perceraian pada kelompok pasangan muda dimaksud. Namun Ruhana mengatakan sebanyak 1.850 dari 1.982 permohonan gugat cerai yang diajukan pasangan nikah telah diputus hakim yang menyidangkan.
"Kasus gugat cerai paling banyak karena faktor ekonomi. Perselingkuhan juga ada, namun tidak sebesar faktor ekonomi," katanya.
Ruhana mengungkapkan, berdasar data 2021, ada sebanyak 540 kasus cerai talak dan 1450 cerai gugat. Sedangkan pada 2022, kasus cerai talak ada 547 dan cerai gugat sebanyak 1.435.
"Jika dilihat dari data perkara perceraian 2022 dan 2021, lebih dominan dalam mengajukan permohonan perceraian dari pihak perempuan," ujarnya.
Kendati angka kasus perceraian masih tinggi, Ruhana menyebut secara statistik menurun dibanding 2021. Selama periode tahun kedua pandemi Covid-19 itu, angka kasus sengketa perceraian tercatat sebanyak 1.990 perkara, dengan 1.919 di antaranya telah diputus inkrah.
Selain masalah izin poligami, Ruhana menyebut ada penurunan dari tiga orang di 2021 menjadi dua orang di tahun 2022. Mayoritas pemohon izin poligami merupakan pengusaha.
"Alasannya klasik untuk menghindari dosa, padahal sesuai undang-undang kriteria izin poligami karena tidak mempunyai keturunan atau cacat sehingga tidak bisa memenuhi kewajibannya," kata Ruhana.