Ahad 08 Jan 2023 15:28 WIB

Masjid Hamilton Buka Suara Setelah Muncul Ancaman Bom

Ancaman bom dilakukan ke Masjid Ibrahim Jame sehubungan dengan shalat berjamaah.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Lida Puspaningtyas
Anjun Rahman dan Ismail Gamadid mencanangkan keterbukaan di Masjid Hamilton untuk mengedukasi publik mengenai Islam dan perannya di komunitas Waikato.
Foto: stuff.co.nz
Anjun Rahman dan Ismail Gamadid mencanangkan keterbukaan di Masjid Hamilton untuk mengedukasi publik mengenai Islam dan perannya di komunitas Waikato.

REPUBLIKA.CO.ID, HAMILTON -- Perwakilan dari sebuah masjid di pusat kota Hamilton angkat suara setelah muncul ancaman bom terhadap mereka. Insiden yang terjadi Jumat (6/1/2023) lalu disebut sebagai hal yang mengganggu dan memprihatinkan.

"Ancaman bom dilakukan ke Masjid Ibrahim Jame sehubungan dengan shalat berjamaah," kata pihak masjid dalam sebuah pernyataan yang diunggah di halaman Facebook masjid, Sabtu (7/1/2023).

Baca Juga

Presiden masjid, Sayed Hashemi, mengatakan ancaman itu dilakukan setelah shalat Jumat, tepat setelah pukul 14:00. Dia mengatakan ada sekitar 400 orang di gedung itu.

Menurutnya, kepala polisi Hamilton-lah yang memintanya untuk melakukan evakuasi gedung secepat mungkin, karena ada ancaman bom. Adapun ancaman ini disampaikan melalui saluran polisi anonim.

Hal ini pun membuat semua orang yang berada di dalam masjid ketakutan dan panik. Polisi dan penjinak bom kemudian memeriksa gedung, tetapi tidak ada bom yang ditemukan. King Street ditutup selama beberapa jam dan polisi terus melakukan penyelidikan.

"Saat ini, kami tahu banyak yang mungkin sangat prihatin dan khawatir. Masjid kami pernah menghadapi serangan pembakaran yang serius pada 2016 oleh seorang Islamofobia, yang ingin secara aktif menyakiti jemaah kami," lanjut mereka.

Sekitar jam 11 malam pada 14 September 2016, terjadi kebakaran di pintu masjid. Namun hal ini berhasil dihentikan oleh pengungsi Suriah, yang memadamkan api kecil dan membantu polisi menangkap tersangka.

Atas kejadian pembakaran tersebut, individu yang terlibat dijatuhi hukuman 25 bulan penjara. Tersangka yang berusia 39 tahun ini mengaku bersalah atas pembakaran tersebut dan menerima hukuman pada Mei 2017.

Dalam pernyataannya, pihak masjid juga mengatakan menghargai tindakan cepat polisi Hamilton untuk memastikan bahwa jamaahnya aman. Pihak berwenang juga mendesak orang-orang untuk tidak berspekulasi dan membiarkan penyelidikan terungkap.

Walikota Hamilton Andrea Horwath mengeluarkan pernyataan pada Sabtu (7/1/2023). Ia mengatakan merasa terkejut dan ngeri mengetahui tentang ancaman bom tersebut.

"Ancaman terhadap komunitas Muslim kita adalah ancaman bagi kita semua. Saya telah berbicara dengan Imam masjid, Ayman Al-Taher, untuk menawarkan dukungan penuh Kota Hamilton," kata Horwath dalam pernyataan tersebut dikutip di CBC, Ahad (8/1/2023).

Dia juga menegaskan kembali komitmen kota untuk terus mengatasi Islamofobia dan kebencian, yang secara khusus menargetkan komunitas ini.

Sebagai walikota, prioritas utamanya adalah menghadapi rasisme sistemik, kebencian dan diskriminasi dalam segala bentuk. Pihaknya juga akan bekerja dengan para pemimpin komunitas untuk menjadikan Hamilton komunitas yang sama dan ramah yang layak diterima semua orang.

Anggota Parlemen Hamilton Center Matthew Green juga menawarkan dukungannya. "Saya mengecam tindakan intimidasi terhadap komunitas Muslim ini dan akan meminta pertanggungjawaban pelakunya," ucap dia.

Masih dalam pernyataannya, pihak masjid berterima kasih kepada polisi, Horwath, Green dan masyarakat sekitar atas solidaritas mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement