Ahad 08 Jan 2023 15:59 WIB

Ukraina Sanksi Puluhan Seniman Rusia

Seniman opera, film, dan musik pop termasuk di antara mereka yang terkena sanksi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Seorang wanita lokal menjual pakaian bekas di Mariupol, wilayah Donetsk yang dikuasai Rusia, Ukraina timur, Kamis(5 Januari 2023). Ukraina telah menjatuhkan sanksi kepada puluhan seniman dan tokoh masyarakat asal Rusia.
Foto: AP Photo/Alexei Alexandrov
Seorang wanita lokal menjual pakaian bekas di Mariupol, wilayah Donetsk yang dikuasai Rusia, Ukraina timur, Kamis(5 Januari 2023). Ukraina telah menjatuhkan sanksi kepada puluhan seniman dan tokoh masyarakat asal Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Ukraina telah menjatuhkan sanksi kepada puluhan seniman dan tokoh masyarakat asal Rusia. Seniman dunia opera, film, dan musik pop termasuk di antara mereka yang terkena sanksi.

Berdasarkan keputusan kantor kepresidenan Ukraina pada Sabtu (7/1/2023), salah satu seniman Rusia terkenal Rusia yang dijatuhi sanksi adalah Anna Netrebko. Ia sempat dikritik dan dikecam karena dianggap terlalu dekat dengan Kremlin dan tak kritis terhadap pemerintahan Presiden Vladimir Putin.

Baca Juga

Padahal pada Februari tahun lalu, Netrebko sempat menyuarakan penentangan atas pecahnya konflik di Ukraina. “Saya orang Rusia dan saya mencintai negara saya.  Tapi saya memiliki banyak teman di Ukraina dan rasa sakit serta penderitaan saat ini menghancurkan hati saya,” ucapnya kala itu.

Kendati demikian, Netrebko berpendapat, memaksa artis dan tokoh publik lainnya untuk memberikan pendapat politik mereka di depan umum dan mencela tanah airnya sendiri adalah sesuatu yang tidak benar. Selain Netrebko, bintang pop Rusia Philipp Kirkorov dan sutradara Nikita Mikhailov termasuk di antara seniman yang dijatuhi sanksi oleh Ukraina.

Semua seniman dan tokoh yang terkena sanksi akan dibekukan asetnya di Ukraina. Menurut kantor berita Rusia, TASS, sanksi terhadap mereka bakal berlangsung selama 10 tahun. Media Ukraina juga melaporkan, Presiden Volodymyr Zelensky mencabut kewarganegaraan 13 pendeta Gereja Ortodoks Ukraina pada akhir Desember. Tidak diketahui siapa saja nama pendeta tersebut.

Secara tradisional, Gereja Ortodoks Ukraina memiliki hubungan dekat dengan Rusia. Mereka memisahkan diri sepenuhnya dari Moskow setelah Rusia melancarkan agresi pada 24 Februari tahun lalu. Pertengahan pekan ini, Ukraina dan sekutunya, AS menolak gencatan senjata yang dideklarasikan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghormati perayaan Natal umat Kristen Ortodoks.

Putin memerintahkan penerapan gencatan senjata selama 36 jam di Ukraina terhitung sejak Jumat (6/1/2023) pukul 12:00 waktu setempat. Putin mengabulkan permintaan kepala Gereja Ortodoks Rusia Patriark Kirill yang memandang perlu adanya penangguhan sementara pertempuran dalam rangka perayaan Natal Kristen Ortodoks.

“Dengan mempertimbangkan seruan Yang Mulia Patriark Kirill, saya menginstruksikan Menteri Pertahanan Federasi Rusia untuk memperkenalkan rezim gencatan senjata di sepanjang garis kontak para pihak di Ukraina dari pukul 12.00 pada 6 Januari 2023 hingga pukul 24.00 pada 7 Januari 2023,” kata Putin dalam perintahnya, Kamis (5/1/2023) lalu.

Penasihat senior Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak, mengatakan, Rusia harus meninggalkan wilayah Ukraina yang diduduki jika menghendaki adanya gencatan senjata sementara. “Simpan kemunafikan untuk diri Anda sendiri,” tulis Podolyak di akun Twitter resminya menanggapi pengumuman gencatan senjata oleh Putin.

Dalam pernyataan terpisah, Podolyak berpendapat, gencatan senjata yang diumumkan Putin hanya propaganda, tidak lebih. “Rusia berusaha mencari cara untuk menurunkan intensitas pertempuran serta intensitas serangan di pusat logistiknya guna memperkuat dan berpadu kembali,” ucapnya.

Pendapat hampir serupa turut diutarakan Presiden AS Joe Biden. Dia menilai, gencatan senjata selama 36 jam yang diumumkan Putin dalam rangka perayaan Natal Kristen Ortodoks hanya dalih untuk membuka ruang bernapas dalam pertempuran. “Saya pikir dia (Putin) sedang berusaha mencari oksigen,” katanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement