Ahad 08 Jan 2023 19:35 WIB

Jajanan Chiki Ngebul Masih Ditemukan di Tasikmalaya

Pedagang chiki ngebul umumnya ditemukan di lingkungan sekolah.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Jajanan chiki ngebul
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Jajanan chiki ngebul

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sejumlah siswa SDN 4 Ciawang di Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, dilaporkan mengalami keracunan usai mengonsumsi jajanan chiki ngebul, pada November 2022. Kasus itu kembali ramai dibicarakan setelah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengeluarkan surat terkait penggunaan nitrogen cair pada makanan.

Kepala Loka Pengawas Obat dan Makanan (POM) di Kota Tasikmalaya, Jajat Setia Permana, mengatakan, chiki ngebul yang diduga menyebabkan sejumlah siswa keracunan itu memang mengandung nitrogen cair. Namun, terkait kepastian penyebab keracunan itu harus didasari uji laboratorium.

"Kalau terkait kepastiannya, itu yang melakukan uji sampel adalah dinas kesehatan. Namun dari laporan puskesmas, memang di kandungan chiki ngebul itu masih ada sisa nitrogen cair," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (8/1/2023).

Usai peristiwa yang terjadi pada November tahun lalu, Jajat mengatakan, pihaknya juga masih menemukan ada pedagang yang menjual chiki ngebul di beberapa wilayah kerjanya. Pedagang itu umumnya ditemukan di lingkungan sekolah.

Dari beberapa penemuan itu, menurut dia, tim dari Loka PON di Kota Tasikmalaya, langsung melakukan edukasi kepada pedagang. Salah satu edukasi yang diberikan adalah agar pemberian nitrogen cair ke dalam makanan tidak berlebihan.

Ia mengatakan, akan berbahaya apabila nitrogen itu masih tersisa di makanan. Orang yang memakannya bisa mual, muntah, diare, bahkan mengalami kerusakan jaringan karena sifat dingin nitrogen.

"Seharusnya kan, ketika ditambahkan, nitrogen itu langsung menguap kalau pemberiannya tidak berlebih. Kalau berlebih, sisa nitrogen di makanan itu yang berbahaya," kata Jajat.

Selain itu, pedagang juga diedukasi agar nitrogen yang digunakan adalah yang khusus untuk makanan. Dengan begitu, keamanannya bisa lebih dipastikan.

"Kalau digunakan sebenarnya masih boleh. Namun harus dipastikan di produk airnya tidak ada lagi (nitrogen) dan itu merupakan food grade. Kalau tidak bisa memastikan, kami imbau pedagang tidak produksi dulu," kata dia.

Menurut Jajat, saat ini BPOM juga sedang melakukan kajian terkait standar penggunaan nitrogen dalam makanan. Pasalnya, selama ini belum ada panduan terkait hal itu.

Karena itu, ia mengimbau pedagang harus memastikan tidak ada sisa nitrogen di produknya dan nitrogen yang digunakan khusus untuk makanan. "Kalau tidak bisa memastikan itu, diimbau tidak produksi dulu. Sampai ada panduan jelas dari BPOM. Mudah-mudahan minggu depan sudah ada panduannya," kata dia.

Jajat juga meminta orang tua untuk lebih mengawasi anak-anaknya dalam jajan. Jangan sampai, kata dia, anaknya jajan sembarangan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement