Senin 09 Jan 2023 09:37 WIB

Zero Covid-19, Kebahagiaan Warga Cina Saat Perbatasan Dibuka

Kini tidak lagi diharuskan menjalani karantina, tetap harus menjalani tes Covid-19.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Lida Puspaningtyas
Seorang wanita memotret anak-anaknya di depan dekorasi tahun baru Imlek di dalam pusat perbelanjaan di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (6 Januari 2023). Tahun Baru Imlek dimulai pada 22 Januari, menandai dimulainya Tahun Imlek Kelinci, menurut zodiak Cina.
Foto: AP Photo/Vincent Thian
Seorang wanita memotret anak-anaknya di depan dekorasi tahun baru Imlek di dalam pusat perbelanjaan di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (6 Januari 2023). Tahun Baru Imlek dimulai pada 22 Januari, menandai dimulainya Tahun Imlek Kelinci, menurut zodiak Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Setelah bertahun-tahun berpisah dari istrinya di Cina daratan, seorang warga Hong Kong, Cheung Seng-bun memastikan menjadi yang pertama dalam antrean setelah pembukaan kembali titik-titik penyeberangan perbatasan antara Cina dan Hong Kong pada pada Ahad (8/1/2023). Hal ini menyusul kebijakan pemerintah Cina yang memberikan pelonggaran pembatasan.

Kini tidak lagi diharuskan menjalani karantina yang mahal dan memakan waktu, meski tetap harus menjalani tes covid-19 negatif pada 48 jam terakhir.

Baca Juga

"Saya sedang terburu-buru untuk kembali padanya," kata Cheung sambil membawa koper yang berat kepada //the Associated Press//, dia bersiap untuk menyeberang di stasiun Lok Ma Chau, dikutip //Republika// di Jakarta, Senin (9/1/2023).

Hong Kong sangat terpukul oleh virus ini. Sebelumnya, sebagian besar pos pemeriksaan perbatasan darat dan lautnya telah ditutup selama hampir tiga tahun. Terlepas dari risiko infeksi baru, pembukaan kembali memungkinkan puluhan ribu orang untuk menyeberang setiap hari.

Mereka harus melakukan pemesanan daring sebelumnya. Diharapkan ini dapat memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan untuk sektor pariwisata dan ritel Hong Kong.

Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee mengatakan akan terus memperluas jumlah titik penyeberangan dari tujuh saat ini menjadi 14.

"Tujuannya adalah untuk kembali secepat mungkin ke kehidupan normal pra-epidemi, kami ingin mendapatkan kerja sama antara kedua belah pihak kembali ke jalurnya," ujar Lee.

Seorang pejabat pelabuhan di Shenzhen, Tan Luming mengatakan sekitar 200 penumpang diperkirakan akan naik feri ke Hong Kong. Sementara 700 lainnya akan melakukan perjalanan ke arah lain, pada hari pertama pembukaan kembali.

Tan mengatakan peningkatan yang stabil dalam jumlah penumpang diperkirakan akan terjadi dalam beberapa hari mendatang.

"Saya begadang semalaman dan bangun jam empat pagi karena saya sangat bersemangat untuk kembali ke daratan untuk melihat ibu saya yang berusia 80 tahun," kata seorang wanita Hong Kong, Cheung, saat tiba di Shenzhen.

Laporan media Hong Kong mengatakan sekitar 300 ribu pemesanan perjalanan dari kota ke China daratan telah dilakukan, dengan kuota harian 60 ribu. Layanan feri terbatas juga dipulihkan dari provinsi Fujian China ke pulau Kinmen yang dikuasai Taiwan di lepas pantai China.

Penyeberangan perbatasan dengan Rusia di Suifenhe di ujung utara provinsi Heilongjiang juga kembali beroperasi normal. Tepat pada saat pembukaan festival es di ibu kota Harbin yang menjadi daya tarik wisata utama.

Dan di Ruili, di perbatasan dengan Myanmar, operasi normal dilanjutkan setelah 1.012 hari penutupan penuh. Sebagian sebagai tanggapan atas wabah berulang yang sebagian disebabkan oleh pengunjung dari tetangga Cina.

Sejauh ini, hanya sebagian kecil dari jumlah penerbangan internasional sebelumnya yang tiba di bandara utama Cina. Bandara Internasional ibu kota Beijing menjadwalkan delapan penerbangan dari luar negeri pada Ahad.

Shanghai, kota terbesar di China, menerima penerbangan internasional pertamanya di bawah kebijakan baru pada pukul 6:30 pagi dengan hanya sedikit penerbangan lain yang akan menyusul. Sejak Maret 2020, semua penerbangan penumpang internasional menuju Beijing telah dialihkan ke titik masuk pertama yang ditunjuk ke China. Penumpang diminta untuk karantina hingga tiga minggu.

"Saya sudah enam kali menjalani karantina isolasi di berbagai kota (di daratan China). Itu bukan pengalaman yang mudah," kata seorang pelancong bisnis Hong Kong, Ivan Tang.

Warga Cina yang tinggal di Singapura, Ming Guanghe, mengatakan sulit untuk memesan tiket dan mencari tempat untuk mengikuti tes PCR. Tindakan karantina dan ketidakpastian tentang wabah telah membuatnya jauh dari rumah.

Shanghai mengumumkan akan mulai lagi menerbitkan paspor reguler ke Cina untuk perjalanan asing dan kunjungan keluarga, serta memperbarui dan memperpanjang visa untuk orang asing. Pembatasan itu memiliki dampak yang sangat merusak bagi pebisnis asing dan pelajar di pusat keuangan utama Asia itu.

Cina sekarang menghadapi lonjakan kasus dan rawat inap di kota-kota besar dan bersiap jika terjadi penyebaran lebih lanjut ke daerah-daerah. Mengingat dengan dimulainya liburan terpentingnya, Tahun Baru Imlek akan datang dalam beberapa hari.

Pihak berwenang mengatakan mereka memperkirakan perjalanan kereta api dan udara domestik akan berlipat ganda selama periode yang sama tahun lalu. Sehingga jumlah keseluruhan mendekati periode liburan 2019 sebelum pandemi melanda.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement