Senin 09 Jan 2023 10:01 WIB

Pemimpin Dunia Kecam Serangan Pendukung Bolsonaro ke Gedung Pemerintah

Penyerangan dilakukan sepekan setelah pelantikan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Para pengunjuk rasa yang pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, menyerbu gedung Mahkamah Agung di Brasilia, Brasil, Ahad, 8 Januari 2023. Para pengunjuk rasa yang menolak menerima kekalahan Bolsonaro menyerbu gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan istana presiden seminggu setelah pelantikan presiden terpilih, Luiz Inacio Lula da Silva. (Foto AP/Eraldo Peres)
Foto: AP
Para pengunjuk rasa yang pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, menyerbu gedung Mahkamah Agung di Brasilia, Brasil, Ahad, 8 Januari 2023. Para pengunjuk rasa yang menolak menerima kekalahan Bolsonaro menyerbu gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan istana presiden seminggu setelah pelantikan presiden terpilih, Luiz Inacio Lula da Silva. (Foto AP/Eraldo Peres)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemimpin-pemimpin dunia mengecam serangan pendukung Jair Bolsonaro ke gedung Mahkamah Agung, Kongres dan Istana Presiden Brasil. Penyerangan dilakukan satu pekan setelah pelantikan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva.

Ribuan pengunjuk rasa melewati barikade keamanan, memanjat atap, memecahkan jendela dan menerobos masuk ketiga gedung yang diyakini kosong dan terletak di Three Powers Square, Brasilia. Pengunjuk rasa mendesak militer melakukan intervensi untuk menaikan Bolsonaro ke kursi kekuasan atau menggulingkan Lula.

Baca Juga

"Saya mengecam serangan terhadap demokrasi dan penyerahan kekuasaan dengan damai di Brasil. Institusi demokrasi Brasil mendapatkan dukungan penuh kami dan kehendak rakyat Brasil tidak boleh dirusak. Saya menantikan untuk melanjutkan kerja sama dengan @LulaOficial," cicit Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Ahad (8/1/2023).

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga mengecam serangan tersebut. Ia mengatakan menggunakan kekerasan untuk menyerang institusi demokrasi tidak pernah dapat diterima.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kehendak rakyat dan institusi Brasil harus dihormati. "Saya yakin akan seperti itu, Brasil negara demokrasi yang hebat," katanya.

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador menyebut serangan terhadap gedung-gedung pemerintah di Brasil sebagai upaya kudeta kelompok konservatif yang didorong oligarki dan orang-orang fanatik. Ia mengatakan penyerangan tersebut tercela dan tidak demokratis.

"Lula tidak sendirian, ia memiliki dukungan kekuatan progresif di negaranya, Meksiko, benua Amerika dan seluruh dunia," katanya.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyebut penyerangan ke gedung-gedung pemerintahan Brasil dilakukan oleh ekstremis. Ia menegaskan dukungan Uni Eropa pada Lula, pemerintahnya, Kongres, dan Mahkamah Agung Brasil.

Menteri Luar Negeri Portugal Joao Gomes Cravinho mengatakan tidak diragukan lagi mantan Presiden Jair Bolsonaro bertanggung jawab atas serangan ke gedung-gedung pemerintah. Cravinho mengatakan suara Bolsonaro didengar pengunjuk rasa anti-demokrasi.

"Akan sangat penting bila ia memberikan pesan mengecam wajah kekacauan yang saat ini terjadi di Brasilia," katanya.

Presiden Chile Gabriel Boric, Presiden Kolombia dan Presiden Argentina Alberto Fernandez juga menyampaikan dukungan penuh mereka pada pemerintahan Lula di Brasil. Begitupula Presiden Prancis Emmanuel Macron, Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

Kementerian Luar Negeri Uruguay dan Peru, Presiden Ekuador Guillermo Lasso dan Presiden Bolivia Luis Arce mengecam penyerbuan pendukung Bolsonaro tersebut. Presiden Paraguay Marito Abdo mengatakan prihatin atas apa yang terjadi di Brasil dan mendesak semua pihak menghormati institusi, demokrasi, dan kebebasan.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni yang berhaluan ultra-kanan juga menyampaikan solidaritas pada Brasil. "Apa yang terjadi di Brasil tidak bisa membuat kami diam saja, gambar gangguan terhadap kantor institusional tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan segala bentuk perbedaan pendapat demokratis," katanya.

"Kembali pada normalitas sangat diperlukan dan kami mengungkapkan solidaritas pada institusi Brasil."

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement