REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Kantor ombudsman Peru mengatakan, setidaknya sembilan orang tewas dalam bentrokan di dekat bandara Juliaca, Peru selatan. Bentrokan terjadi dalam aksi unjuk rasa yang menuntut pemerintah menggelar pemilu lebih awal dan membebaskan mantan presiden Pedro Castillo dari penjara.
Total korban jiwa terbaru dalam kerusuhan anti-pemerintah bertambah menjadi 31 orang. Aksi unjuk rasa digelar sejak awal Desember setelah Castillo diturunkan dan ditangkap usai ia mencoba membubarkan Kongres dengan ilegal.
Ia menjalani 18 bulan masa tahanan prasidang atas dakwaan pemberontakan. Castillo menolak tuduhan itu. "Kami meminta pasukan keamanan dan ketertiban menggunakan kekuataan yang legal, diperlukan dan proporsional dan kami mendesak kantor kejaksaan umum menggelar penyelidikan untuk mengklarifikasi fakta," kata kantor ombudsman Peru di Twitter, Senin (9/1/2023).
Aksi unjuk rasa kembali dimulai pekan lalu setelah sempat terhenti selama musim liburan. Selain menuntut pemilihan umum lebih awal dan Castillo dibebaskan, pengunjuk rasa juga meminta Presiden Dina Boluarte turun, Kongres ditutup, dan konstitusi diubah.