REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan minyak asal Malaysia, Petronas, mengantongi persetujuan Plan Of Development (POD) Lapangan Hidayah, Madura, Jawa Timur. Melalui POD ini maka Petronas Carigali siap menggenjot produksi.
Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto menjelaskan, Petronas Carigali North Madura II baru menemukan cadangan setelah melakukan pengeboran tiga sumur eksplorasi di wilayah Lapangan Hidayah. Sumur terakhir yang dibor adalah Hidayah-1 yang menghasilkan penemuan dengan estimasi cadangan minyak sekitar 88,55 Million Stock Tank Barrel (MMSTB).
Lapangan Hidayah berlokasi sekitar enam kilometer di utara Madura dan dikelilingi beberapa lapangan migas sudah terlebih dahulu memproduksi migas. "Hal tersebut menunjukkan bahwa jika dilakukan eksplorasi, lapangan-lapangan baru akan tetap mungkin ditemukan bahkan di wilayah yang kegiatan hulu migasnya sudah cukup padat," ujar Dwi, Selasa (10/1/2023).
Dia menuturkan SKK Migas memang langsung mendorong percepatan POD I Lapangan Hidayah agar sumber daya minyak yang ditemukan dapat segera diproduksi. Selesainya Pengembangan Lapangan Hidayah diharapkan dapat menambah produksi minyak, sehingga diharapkan dapat berperan mengurangi impor minyak.
"Ke depannya, tentu Lapangan Hidayah akan menjadi salah satu kontributor penting untuk mencapai target produksi minyak sejuta barel pada 2030," kata Dwi.
Petronas akan mengalokasikan investasi sebesar 926 juta dolar AS untuk pengembangan Lapangan Hidayah ini. Masuknya investasi seperti ini merupakan bukti industri hulu migas Indonesia masih menarik di mata investor.
"Tinggal bagaimana kita sama-sama bekerja menciptakan iklim investasi yang kondusif," ujar Dwi.
Dengan disetujuinya POD I Lapangan Hidayah, kegiatan pembangunan fasilitas produksi dapat segera dilakukan. Diharapkan lapangan ini akan mulai berproduksi (onstream) pada awal 2027 dengan tingkat produksi saat itu pada kisaran 8.973 Barel Per Hari (BPH).
Lapangan ini akan mencapai puncak produksi pada 2033 dengan kisaran produksi 25.276 BPH. Lapangan ini diperkirakan akan aktif berproduksi selama 15 tahun (2027-2041). Dalam kurun waktu tersebut, lapangan ini diperkirakan akan memberikan kontribusi penerimaan Negara sebesar 2,1 miliar dolar AS atau setara dengan sekitar Rp 31 triliun.
"Kami berharap semua pemangku kepentingan dapat memberikan dukungan sepenuhnya atas pengembangan Lapangan Hidayah sehingga kontribusi-kontribusi yang kami perkirakan tersebut dapat segera terwujud," ungkap Dwi.