Kasus Stunting di Kota Yogyakarta Turun
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
ilustrasi Stunting | Foto: Republika/Mardiah
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta menyebut, kasus stunting terus turun di Kota Yogyakarta. Pada 2022, prevalensi stunting di Kota Yogyakarta berada di angka 10,80 persen.
Angka tersebut turun dari tahun sebelumnya yakni pada angka 12,08 persen. Kepala Dinkes Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan, upaya penurunan stunting terus dilakukan, mengingat percepatan stunting menjadi salah satu program prioritas nasional.
"Berdasarkan pantauan kami pada bulan Agustus 2022, kasus stunting di Kota Yogya ini turun dengan jumlah kasus 1.225 anak dari 14.277 sasaran anak yang dipantau di masing-masing wilayah," kata Emma di Yogyakarta, Selasa (10/1/2023).
Emma menjelaskan, pola asuh orang tua kepada anak yang belum tepat menjadi penyebab terbesar terjadinya stunting. Belum tepatnya pola asuh ini pun, katanya, juga disebabkan oleh beberapa faktor.
"Berdasarkan data dan pantauan, pola asuh ini ternyata menjadi faktor utama penyebab terjadinya stunting," ujar Emma.
Faktor-faktor tersebut seperti pernikahan dini atau kehamilan yang tidak diinginkan. Kondisi tersebut, menyebabkan orang tua belum siap untuk memiliki anak, baik secara fisik maupun psikis.
"Tidak sedikit pernikahan dini atau kehamilan tidak diinginkan terjadi, yang memicu ibu ini belum siap secara fisik dan psikis. Begitu juga dengan kesiapan orang tua untuk mengasuh anak dari segi wawasan dan pengetahuan," jelas Emma.
Untuk itu, upaya pencegahan stunting maupun penanganan stunting akan terus digencarkan. Bahkan, di tiap wilayah di Kota Yogyakarta, sudah dibentuk tim percepatan penurunan stunting, yang mana juga mengikutsertakan peran dari ibu PKK.