REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) kantor wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng) menyerap sekitar 7.500 ton beras petani lokal di provinsi itu dari target 29 ribu ton pada pada 2022.
"Beras petani terserap kurang lebih 25 persen. Jumlah target bukan menjadi prioritas, karena kami hadir untuk menyeimbangkan harga di tingkat petani," kata Kepala Bulog Kanwil Sulteng David Susanto ditemui di Palu, Selasa (10/1/2023).
Ia menjelaskan, Bulog berperan memberikan penguatan terhadap harga hasil produksi petani. Bila mana harga berpotensi mendekati anjlok, maka Bulog melakukan pembelian beras dengan harga rata-rata.
Oleh karena itu, target yang diberikan pemerintah bukan menjadi hal utama, tapi bagaimana Bulog melakukan stabilisasi harga bila sewaktu-waktu terjadi gejolak di bagian hulu (petani).
"Kami berperan sebagai stabilisator harga di tingkat petani maupun di tingkat konsumen supaya harga komoditas dapat terkendali. Ini salah satu cara kami membantu pemerintah melakukan pengendalian inflasi," ujar David.
Ia menjelaskan, target serapan gabah kering giling maupun beras petani lokal masih dalam proses evaluasi oleh pemerintah. Bulog Sulteng menjamin tiga bulan ke depan atau kuatal pertama tahun ini ketersediaan stok beras di gudang logistik Bulog sangat memadai dengan jumlah pasokan 4.500 ton.
"Ketersediaan beras kami cukup hingga masa panen raya nanti di perkirakan pada Maret hingga April 2023. Stok ini mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat saat Ramadhan hingga Idul Fitri," tutur David.
Ia menjelaskannya, pada momen-momen hari besar keagamaan permintaan bahan pangan di pasaran cukup meningkat. Hal itu tidak bisa terhindarkan karena tingkat konsumsi orang tinggi.
Selain itu, upaya pengendalian harga lewat pasar murah juga rutin dilakukan Bulog bermitra dengan Pemerintah Daerah (Pemda), termasuk memanfaatkan Rumah Pangan Kita (RPK) sebagai gerai resmi Bulog dalam memasarkan berbagai produk pangan. Ia juga memastikan beras yang ada di gudang logistik Bulog tentu beras berkualitas dengan jenis medium, sehingga kalau disimpan mampu bertahan.
"Pada pengendalian inflasi tahun lalu komoditas cabai dan ikan sangat berpengaruh terhadap inflasi, sedangkan beras justru dalam kondisi stabil," kata David.