Rabu 11 Jan 2023 01:40 WIB

China Minta Australia Waspadai Jepang Sebagai Mitra

Australia menandatangani pakta keamanan baru dengan Jepang.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Duta Besar China untuk Australia, Xiao Qian, mengatakan, Australia harus berhati-hati dalam mempercayai Jepang sebagai mitra.
Foto: Mick Tsikas/AAP Image via AP
Duta Besar China untuk Australia, Xiao Qian, mengatakan, Australia harus berhati-hati dalam mempercayai Jepang sebagai mitra.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – China meminta Australia mengingat kejahatan perang yang dilakukan Jepang selama Perang Dunia II. Hal itu disampaikan setelah Canberra menandatangani pakta keamanan baru dengan Negeri Sakura.

Duta Besar China untuk Australia Xiao Qian mengatakan, Australia harus berhati-hati dalam mempercayai Jepang sebagai mitra. Sebab pada masa Perang Dunia II, Jepang melancarkan serangan ke Negeri Kanguru. “Selama Perang Dunia II Jepang menginvasi Australia, membom Darwin, membunuh warga Australia dan menembaki (tahanan perang) Australia,” ujar Xiao kepada awak media, Selasa (10/1/2023).

Baca Juga

Dia memperingatkan Australia untuk tetap waspada tentang apa yang mungkin terjadi pada masa mendatang. “Ketika seseorang mengancam Anda, dia mungkin mengancam Anda lagi,” ucapnya.

Sebaliknya, Xiao meyakinkan Australia bahwa China merupakan mitra yang dapat dipercaya dan diandalkan. “China telah menjadi teman Anda,” kata Xiao.

Sebelum Xiao menyampaikan hal-hal tadi, Duta Besar Jepang untuk Australia Shingo Yamagami telah terlebih dulu memperingatkan Canberra agar berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan Beijing. Hal tersebut disampaikan Yamagami saat diwawancarai surat kabar The Australian.

Saat ini pemerintahan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese tengah berusaha memperbaiki hubungan negaranya dengan China. Hubungan kedua negara telah memburuk di bawah pemerintahan Australia sebelumnya yang berhaluan konservatif.

China memberlakukan tarif pada ekspor utama Australia seperti jelai dan anggur di puncak perselisihan mereka tahun 2020. Beijing pun secara tidak resmi menghentikan impor batu bara Australia.

Itu merupakan respons China atas tindakan Australia yang berulang kali mempertanyakan catatan hak asasi manusianya. Selain itu, Canberra menjadi salah satu pihak yang vokal menyerukan penyelidikan independen asal-usul pandemi Covid-19. China telah memandang seruan itu bermotif politis dan bermaksud menyudutkannya.

Meski saat ini pemerintahan Anthony Albanese tengah berusaha memperbaiki hubungannya dengan China, Australia, di sisi lain, tetap menjaga hubungannya dengan Jepang. Baru-baru ini Canberra dan Tokyo menandatangani pakta keamanan baru. Pakta itu dinilai merupakan sebuah upaya membatasi kekuatan Negeri Tirai Bambu di kawasan Pasifik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement