REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Negara bagian Uttar Pradesh di India telah menangguhkan lisensi produksi Marion Biotech. Laporan situs web Moneycontrol menyatakan pada Selasa (10/1/2023), perusahan itu membuat sirup obat batuk yang dikaitkan dengan kematian 19 anak di Uzbekistan.
“Kami telah menangguhkan izin pembuatan obat Marion Biotech. Perusahaan belum menanggapi pemberitahuan informasi yang kami keluarkan atas alasan pelanggaran manufaktur di pabrik produksi di Noida," kata seorang pejabat di Departemen Keamanan Pangan dan Administrasi Obat Uttar Pradesh.
Menurut pejabat tersebut, pendiri Marion Biotech memiliki dua lisensi untuk memproduksi berbagai jenis obat di pabrik yang berbasis di Noida. “Perusahaan memiliki dua jenis izin produksi obat biologi dan selain biologi dan keduanya telah ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut,” ujarnya.
Pemberitahuan telah diberikan kepada direktur Marion Biotech pada 30 Desember dan perusahan itu diminta untuk membalas pada 5 Januari. Pejabat tersebut mengatakan, pemerintah tidak langsung menangguhkan perusahan dengan memberi waktu tambahan untuk menjawab karena hasil tes yang dilakukan pada sirup obat batuk sudah ditunggu dari Chandigarh.
"Kami memberikan waktu tambahan, tetapi perusahaan tidak menanggapi dan setelah menilai pelanggaran yang diamati di pabrik selama pemeriksaan, penangguhan izin produksi diperintahkan kemarin,” kata pejabat itu.
Saat ditanya tentang tindakan lebih lanjut mengenai masalah ini, pejabat tersebut mengatakan departemen akan menunggu laporan laboratorium dari Chandigarh. “Setelah temuan laboratorium menunjukkan adanya etilen glikol yang tinggi dalam sirup obat batuk yang dibuat oleh Marion Biotech, perusahaan tersebut juga dapat dituntut; jalannya tindakan akan diputuskan berdasarkan temuan laporan," ujarnya.
Marion Biotech tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Sedangkan pemerintah Uzbekistan telah menangkap empat orang dalam penyelidikan kasus kematian anak-anak tersebut.