Rabu 11 Jan 2023 10:03 WIB

Polisi Brasil Tahan Ribuan Pendukung Bolsonaro yang Melakukan Aksi Unjuk Rasa

Para pengunjuk rasa di kamp di luar markas tentara telah menyerukan kudeta militer.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 Demonstran memegang spanduk bertuliskan dalam bahasa Portugis Kami adalah Demokrasi pada protes yang menyerukan perlindungan demokrasi negara di Sao Paulo, Brasil, Senin (9/1/2023). sehari setelah pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro menyerbu gedung-gedung pemerintah di ibu kota.
Foto: AP/Andre Penner
Demonstran memegang spanduk bertuliskan dalam bahasa Portugis Kami adalah Demokrasi pada protes yang menyerukan perlindungan demokrasi negara di Sao Paulo, Brasil, Senin (9/1/2023). sehari setelah pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro menyerbu gedung-gedung pemerintah di ibu kota.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Polisi Brasil menginterogasi sekitar 1.000 pengunjuk rasa yang ditahan di gimnasium yang penuh sesak di Brasilia pada Selasa (10/1/2023). Sebagian besar pendukung mantan presiden sayap kanan Jair Bolsonaro ditahan ketika pasukan membongkar sebuah kamp di ibu kota sehari sebelumnya.

Mereka menyatakan telah ditahan tanpa batas waktu dan diberi makan dengan buruk. Mereka bernyanyi dan berswafoto dengan ponselnya, video yang di-posting di media sosial menunjukkan kondisi mereka.

Baca Juga

Sedangkan sekitar 200 pengunjuk rasa lainnya ditangkap dan menunggu dakwaan di fasilitas pemasyarakatan atas peran dalam protes pada Ahad (7/1/2023). Para pengunjuk rasa di kamp di luar markas tentara telah menyerukan kudeta militer untuk membatalkan pemilihan Oktober, dengan hasil Presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva mengalahkan Bolsonaro. Mereka menggiring opini tak berdasar tentang pemilihan yang curang.

Hakim Agung Alexandre de Moraes sedang menyelidiki protes "anti-demokrasi", yang menghancurkan gedung-gedung pemerintahan. Dia berjanji dalam pidatonya pada Selasa, akan memerangi teroris yang menyerukan kudeta.

"Demokrasi akan menang dan institusi Brasil tidak akan bengkok," kata Moraes saat pengambilan sumpah kepala polisi federal yang baru.

Pengacara pemerintah meminta Moraes untuk memerintahkan operator ponsel dan platform media sosial untuk menyimpan informasi, yang dapat menempatkan pengguna di area kerusuhan. Pihak berwenang mencoba untuk mengidentifikasi penyelenggara dan sumber keuangan kelompok perusuh itu.

Investigasi juga dapat meluas jauh melampaui Brasilia. Pendukung Pro-Bolsonaro membahas di media sosial rencana untuk mengganggu jalan raya dan kilang minyak, sehingga menyebabkan kekacauan ekonomi selaras dengan penyerbuan ibu kota.

Menurut dua sumber yang mengetahui penyelidikan, perusahaan energi Brasil Eletrobras sedang menyelidiki kemungkinan runtuhnya dua menara transmisi terkait dengan kekerasan di Brasilia. Anak perusahaannya Eletronorte merilis pernyataan tentang menara yang runtuh yang menghubungkan komunitas pedesaan di Brasil utara ke jaringan pusat dengan tanda-tanda sabotase.

Kepala staf Lula Rui Costa mengatakan, pemerintah kembali bekerja dan keputusan kebijakan akan dibuat tepat waktu. Pada Senin malam, presiden yang mulai menjabat pada 1 Januari itu bertemu dengan ketua Mahkamah Agung, pemimpin kongres, dan gubernur negara bagian untuk menunjukkan persatuan nasional.

Mereka mengutuk kerusuhan tersebut. Mereka mengunjungi gedung Mahkamah Agung, yang merupakan tempat yang paling dirusak oleh perusuh pro-Bolsonaro dan Lula menuduh para perusuh mencoba menggulingkan demokrasi serta mempertanyakan mengapa tentara tidak menyurutkan ajakan kudeta militer.

"Orang-orang secara terbuka menyerukan kudeta di luar barak, dan tidak ada yang dilakukan. Tidak ada jenderal yang mengangkat jari untuk memberi tahu mereka bahwa mereka tidak dapat melakukan itu," kata presiden berusia 77 tahun itu menuduh beberapa aparat keamanan terlibat dengan perusuh.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement