REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lembaga think tank Amerika Serikat (AS) Rhodium Group merilis laporan potensi gangguan konflik Taiwan dan China pada perekonomian dunia. Lembaga itu fokus menganalisis data ekonomi dan penelitian yang berkaitan dengan China.
"Tidak mengejutkan, kami menemukan skala resiko disrupsi pada aktivitas ekonomi dari konflik di Selat Taiwan sangat besar: dalam skenario blokade lebih dari dua triliun dolar AS, bahkan sebelum faktor respon internasional atau dampak kedua dimasukan," kata Rhodium Group dalam laporannya seperti Republika kutip dari Fox News, Rabu (11/1/2023).
Rhodium menemukan gangguan pada ekonomi disebabkan Taiwan diputus dari perdagangan dunia. Pasalnya pulau itu merupakan produsen semikonduktor terbesar dunia. Diperkirakan Taiwan memproduksi 92 persen chip komputer canggih dan sepertiga sampai setengah chip yang kurang canggih di dunia.
Semikonduktor digunakan di berbagai proses manufaktur mulai dari mobil, telepon pintar dan komputer."Perkiraan kasar dan konservatif tergantung pada chip Taiwan yang menunjukkan perusahaan di industri ini terpaksa melepaskan pendapatan tahunannya sebesar 1,6 triliun dolar AS bila blokade terjadi," kata Rhodium.
Peneliti mencatat aktivitas ekonomi senilai satu triliun dolar lainnya dapat terganggu oleh dampak kedua yang menghantam industri yang mengandalkan chip dari Taiwan."Pada akhirnya skala dampak penuh ekonomi dan sosial karena kekurangan chip tidak dapat dihitung, tapi akan sangat menghancurkan," tambah lembaga yang bermarkas di New York itu.
Rhodium juga memproyeksi kesediaan bank untuk memperpanjang kredit pada bisnis yang terlibat dalam perdagangan dunia terutama perusahaan yang berbisnis dengan China akan berkurang selama blokade. Analisa menemukan dinamika dapat mengganggu perdagangan antara China dan dunia yang senilai 270 miliar dolar AS lebih.
Rhodium mengatakan blokade China Taiwan akan memicu aksi jual investor yang memegang ekuitas China yang diperdagangkan di pasar modal AS. Peristiwa serupa yang terjadi sebelum Rusia menginvasi Ukraina.
Lembaga itu mencatat sekuritas China yang dipegang pasar AS hingga September 2022 mencapai 770 miliar dolar AS. Ratusan miliar terancam dijual memicu Partai Komunis China mengendalikan modal untuk mempertahankan investasi asing di China seperti yang dilakukan Rusia tahun 2022.
Selain itu, menurut Rhodium selama blokade investasi langsung dari dan ke Taiwan dapat terpangkas."Bila disatukan, perkiraan kami mengindikasi gangguan global dari konflik Taiwan akan membawa aktivitas ekonomi senilai dua triliun dolar dalam resiko, bahan sebelum faktor dampak sanksi internasional atau respon militer dimasukan," kata Rhodium dalam kesimpulannya.
Lembaga itu mengatakan laporan mereka hanya menawarkan beberapa skenario blokade. Ancaman pada aktivitas ekonomi, kata Rhodium, akan jauh lebih besar.