Rabu 11 Jan 2023 12:32 WIB

Nelayan Tradisional Kabupaten Lebak Kembali Melaut

Nelayan Lebak sempat menganggur selama sebulan, akibat cuaca buruk.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Sejumlah kapal nelayan tidak melaut bersandar di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Binuangeun, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Ahad (8/3/2020).
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Sejumlah kapal nelayan tidak melaut bersandar di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Binuangeun, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Ahad (8/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Nelayan tradisional di pesisir Kabupaten Lebak, kembali melaut. Hal itu sejak tiga hari terakhir menyusul cuaca dan gelombang di perairan selatan Banten relatif normal dibandingkan sebelumnya mencapai empat meter.

"Kami berharap tangkapan nelayan melimpah, sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi nelayan," kata Ketua Koperasi Nelayan Bina Muara Sejahtera Binuangeun, Wading di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Rabu (11/1/2023).

Selama ini, kegiatan nelayan di 11 tempat pelelangan ikan (TPI) Kabupaten Lebak kembali menggeliat setelah beberapa pekan menganggur akibat gelombang tinggi disertai angin kencang melanda selatan Banten atau Samudra Hindia. Mereka melaut mulai dini hari dan kembali ke TPI sekitar pukul 10.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB.

Saat ini, kata Wading, transaksi pelelangan di TPI Tanjung Panto ramai dan kebanyakan tangkapan ikan cakalang dan kembung. Harga ikan cakalang dan kembung bisa mencapai Rp 30 ribu-Rp 40 ribu per kilogram (kg). Jenis ikan itu dipasok ke luar daerah menyusul tingginya permintaan pedagang.

"Kami berharap dengan meningkatnya tangkapan itu dapat menyisakan uang untuk menyimpan di koperasi," kata Wading.

Ujang, seorang nelayan TPI Bayah, Kabupaten Lebak mengaku, ia bersama nelayan lain sudah kembali melaut setelah satu bulan lebih menganggur akibat cuaca buruk. Mereka nelayan sudah empat hari terakhir melaut dan lumayan menghasilkan tangkapan hingga mencapai 300 kg. Jika diakumulasikan menjadi uang sekitar Rp 1,2 juta.

"Saya mendapat Rp 1,2 juta dan setelah dipotong biaya bahan bakar, makan, rokok, dan setoran ke juragan pemilik perahu bisa bawah uang bersih ke rumah Rp 200 ribu," kata Ujang.

Begitu pula nelayan TPI Binuangeun, Acuy (50 tahun), mengatakan sudah beberapa hari melaut dengan menggunakan perahu kincang serta dilengkapi alat tangkap rawe atau pancing. Nelayan merasa lega setelah cuaca normal bisa kembali melaut.

Bahkan, Acuy pada Rabu pagi WIB, berhasil membawa uang Rp 300 ribu bersih setelah dipotong retribusi dan bahan bakar minyak, usai melaut. Beruntung, tangkapan ikan saat ini melimpah, karena dipastikan sudah tiba musim selatan.

Biasanya, ujar dia, musim selatan itu ikan-ikan dari Afrika berimigrasi untuk berkembang biak di perairan Samudra Hindia. "Kami sudah empat hari melaut bisa membawa uang bersih Rp300-450 ribu per hari," kata Acuy.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement