REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa akan membentuk satuan tugas (satgas) gabungan. Satgas tersebut bertujuan melindungi infrastruktur vital dalam menghadapi ancaman Rusia.
Kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan satgas akan menghimpun para ahli NATO dan Uni Eropa untuk mempelajari kerentanan infrastruktur utama di negara anggota mereka. Setelah itu, para ahli bakal membuat rekomendasi untuk melindungi infrastruktur terkait.
“Kami telah melihat sabotase Nord Stream yang telah menunjukkan kami harus siap dan kami perlu menghadapi jenis ancaman baru ini,” kata von der Leyen setelah melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Rabu (11/1/2023).
Empat kebocoran gas besar ditemukan di dua pipa Nord Stream di pulau Bornholm, Denmark pada akhir September 2022. Lembaga seismik mencatat adanya dua ledakan bawah air sesaat sebelum kebocoran terjadi. Investigasi oleh otoritas Denmark dan Swedia telah mengonfirmasi kebocoran itu karena aksi sabotase.
Para ahli menilai hanya negara yang memiliki sarana melakukan operasi semacam itu. Namun, penyelidikan belum mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab. NATO telah memperkuat pengerahan angkatan lautnya di wilayah tersebut setelah serangan terhadap Nord Stream terjadi.
Sementara itu, seusai bertemu von der Leyen, Jens Stoltenberg mengungkapkan NATO dan Uni Eropa ingin berusaha membuat infrastruktur, teknologi, dan rantai pasokan mereka menjadi lebih tangguh. “Ini akan menjadi langkah penting dalam membuat masyarakat kita lebih kuat dan lebih aman,” ujarnya.
Stoltenberg dan von der Leyen juga berjanji akan meningkatkan dukungan untuk Ukraina dalam menghadapi Rusia. “Dalam beberapa hari terakhir, kami melihat pertempuran sengit di sekitar Bakhmut dan Soledar di Ukraina timur. Ini sekali lagi menunjukkan keberanian pasukan Ukraina saat mereka berjuang untuk mempertahankan tanah air mereka. Ini juga menunjukkan betapa pentingnya bagi kami untuk meningkatkan dukungan kami,” kata Stoltenberg.