Rabu 11 Jan 2023 20:51 WIB

Muslim tak Lihat Wajah Allah SWT di Akhirat? Ini Bantahan Imam Asyári untuk Mu'tazilah

Imam Asya'ari membantah Mu'tazilah yang ingkari melihat wajah Allah SWT di akhirat

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Amal baik karena Allah SWT (ilustrasi). Imam Asya'ari membantah Mu'tazilah yang ingkari melihat wajah Allah SWT di akhirat
Foto: republika
Amal baik karena Allah SWT (ilustrasi). Imam Asya'ari membantah Mu'tazilah yang ingkari melihat wajah Allah SWT di akhirat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kitab Al-Ibanah fi Ushul ad-Diyanah, merupakan salah satu karya monumental dari Imam al-Asyar’i. 

Dalam kitab tersebut Imam Asy'ari menjelaskan, banyak dari kalangan Mu'tazilah dan Qadariyah yang menyimpang dari kebenaran. 

Baca Juga

Mereka terseret hawa nafsu untuk bertaklid kepada para pemimpin dan pendahulu mereka. Menurut sang imam, kedua golongan itu telah menafsirkan Alquran berdasarkan pendapat semata.

Corak takwil yang mereka lakukan tidak pernah diajarkan Rasul SAW. Cara penafsirannya pun tidak mempunyai dasar hukum yang jelas, baik dalam Alquran ataupun sunnah.

Tidak pernah pula dicontohkan oleh kalangan sahabat beliau. Sebagai contoh, Mu'tazilah di sebutkannya menentang pandangan para sahabat, yang jelas-jelas bersumber dari Nabi SAW. Umpamanya, perihal melihat Allah SWT di akhirat kelak dengan mata kepala hamba. Bagi kaum Mu'tazilah, Allah SWT tidak bisa dilihat dengan mata makhluk. 

Adapun menurut kalangan aswaja, Allah SWT boleh dilihat dan bisa dilihat makhluk-Nya, yakni siapapun yang dikehendaki dan diridhai-Nya. 

Dan, riwayat mengenai hal itu sangat banyak jumlahnya dengan berbagai jalur periwayatan yang mutawatir. 

Pada bab satu buku ini, Imam Asy'ari mengurai sejumlah riwayat pendukung untuk meluruskan pandangan menyimpang dari kelompok Muktazilah tersebut. Misalnya, Alquran surat al-Qiyamah ayat 22-23.  

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ “Wajah-wajah (orang-orang Mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.”  

Imam Asy'ari menjelaskan, tidak mungkin yang Allah SWT maksud dengan kata nazhar pada akhir ayat ke-23 itu adalah tafakkur atau 'mengambil pelajaran.' 

Baca juga: Islam akan Jadi Agama Mayoritas di 13 Negara Eropa pada 2085, Ini Daftarnya 

Sebab, akhirat bukanlah tempat bagi manusia untuk berpikir. Tidak mungkin juga yang Allah SWT maksud dengan nazhar pada ayat itu adalah 'menunggu' (intizhar).

Alasannya, nazhar jika disebutkan bersama dengan kata wajh (wajah), maka maknanya adalah 'melihat dengan dua mata kepala.' 

Selain itu, menurut Imam Asy'ari, di antara dalil-dalil lain yang menujukkan bahwa Allah SWT dapat dilihat dengan penglihatan mata kelak di akhirat adalah pernyataan Nabi Musa AS dalam surat al-A'raf ayat 143.  

 رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ “Ya Rabbku tampakkanlah Diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihat-Mu.”  

Al-Ibanah an Ushul ad-Diyanah. Karya itu telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. 

Salah satu edisi terjemahan yang cukup baik dihadirkan Penerbit Turos Pustaka dengan judul Kitab al- Ibanah: Rujukan Orisinal Akidah Asy'ariyah. 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement