REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia dan Timor Leste sepakat untuk melanjutkan kerja sama ekonomi dan penyelesaian batas darat antar negara. Hal ini dibahas dalam pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dengan Menlu Timor-Leste, Adaljiza Albertina Xavier Reis Magno di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI pada Rabu (11/1/2023.
"Kami membahas tindak lanjut rencana kerja sama pembangunan Joint Industrial Park, ujar Retno dalam keterangan pers Kemenlu, Rabu.
Dalam kaitan ini, kedua pihak sepakat untuk mulai membahas pembentukan perjanjian Joint Free Trade Zone atau zona perdagangan bebas di dalam kawasan industri perbatasan antara Distrik Oecusse dan Provinsi NTT. Selain itu, pertemuan juga membahas mengenai pentingnya percepatan penyelesaian Bilateral Investment Treaty (BIT) dan MoU on Communications and Informatics.
"Kami juga sepakat bahwa perjanjian-perjanjian tersebut akan diupayakan diselesaikan tahun ini agar dapat ditandatangani pada saat kunjungan Perdana Menteri Timor Leste, yang waktunya akan ditentukan kemudian," kata pernyataan Retno.
Retno dan Adajiza juga membahas menyoal perbatasan darat kedua negara. Keduanya sepakat untuk mendorong upaya penyelesaian pembahasan dua segmen perbatasan darat Indonesia – Timor Leste, yaitu Bidjael Sunan – Oben dan Noel Besi – Citrana.
"Kondusif penting untuk dijaga agar perundingan dapat dilanjutkan," ujarnya.
Dalam pertemuan bilateral tersebut, Retno juga menjelaskan mengenai prioritas keketuaan Indonesia di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). ASEAN telah menerima secara prinsip keanggotaan Timor Leste pada kesempatan KTT ASEAN di Kamboja November lalu. Peta jalan bagi keanggotaan penuh Timor Leste di ASEAN pun bakal dibuat.
Pertemuan dengan Menlu Timor Leste dilakukan setelah pelaksanaan Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) di Kemenlu. Retno juga menjelaskan mengenai prioritas Keketuaan Indonesia di ASEAN yang mengambil tema "ASEAN Matters, Epicentrum of Growth."