REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar Amerika Serikat (AS) jatuh terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan euro sempat mencapai level tertinggi tujuh bulan terhadap dolar tetapi bertahan dalam kisaran sempit karena pedagang menghindari membuat pergerakan besar menjelang data inflasi AS.
Euro menyentuh 1,07765 dolar AS, tertinggi sejak 31 Mei dengan dolarAS baru-baru ini melemah, karena para pedagang bertaruh Federal Reserve tidak perlu menaikkan suku bunga secepat dan setinggi yang diperkirakan sebelumnya untuk menjinakkan inflasi yang sangat tinggi.
Euro terakhir naik 0,15 persen pada 1,07515 dolar. Dolar telah kehilangan hampir 12 persen terhadap mata uang tunggal sejak mencapai puncak 20 tahun pada September, karena data terus menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga Fed memiliki pengaruh yang dimaksudkan untuk mendinginkan ekonomi dan memperlambat inflasi.
Investor sangat fokus pada data IHK (Indeks Harga Konsumen) AS yang akan dirilis pada Kamis, karena pembicara Fed mengatakan langkah mereka selanjutnya akan bergantung pada data.
Perkiraan pasar berjangka menunjukkan sekarang condong ke peluang 75 persen untuk kenaikan seperempat poin bulan depan, dengan suku bunga target Fed mencapai 4,947 persen pada Juni sebelum jatuh ke 4,465 persen pada Desember.
"Pembicara Fed tetap bersikukuh bahwa suku bunga tidak akan dipotong dalam waktu dekat, namun pasar menilai kenaikan penuh tahun ini pada akhir tahun. Jika pemotongan itu diperkirakan, hambatan dolar AS dapat mereda," kata analis di ANZ Research dalam catatan untuk klien.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang, termasuk euro, sedikit berubah, naik tipis 0,01 persen pada 103,26.Sementara euro mendapat manfaat dari prospek pertumbuhan yang membaik di zona euro, kurangnya aliran masuk ke mata uang bersama mungkin disebabkan oleh risiko berkelanjutan yang terkait dengan kendala pasokan gas alam, kata Isabella Rosenberg, seorang analis di Goldman Sachs.
Harga gas alam telah jatuh ke level terendah dalam hampir satu setengah tahun di tengah musim dingin yang sejuk dan tingkat persediaan yang sehat. Namun risiko tetap ada dari perang Rusia di Ukraina, yang mengganggu pasokan tahun lalu.
"Kecuali latar belakang pertumbuhan global terus membaik secara material, kami memperkirakan penurunan dolar akan tetap terbatas," kata Rosenberg.
Di tempat lain, pembukaan kembali China telah mendukung sentimen dan mengangkat mata uang Asia terhadap dolar. Yuan China hampir mencapai level tertinggi lima bulan di 6,7763.
Dolar Australia naik tipis 0,17 persen menjadi 0,6905 dolar AS, setelah data menunjukkan laju inflasi tahunan meningkat menjadi 7,3 persen pada November, menyisakan ruang untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
"Australia melaporkan data IHK yang lebih tinggi dari perkiraan yang memungkiri narasi bahwa pertempuran inflasi telah dimenangkan dengan cepat dan relatif tanpa rasa sakit," kata Win Thin, Kepala Strategi Mata Uang Global di Brown Brothers Harriman.