REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah akan mewaspadai potensi perlambatan kinerja ekspor pada tahun ini. Meski kondisi perekonomian global diprediksi masih dilanda ketidakpastian pada tahun ini, sejumlah negara diproyeksikan masih akan menikmati pertumbuhan ekonomi positif. Ketergantungan pada pasar ekspor yang relatif rendah atau kurang dari 50 persen menjadikan berbagai negara seperti Indonesia, Jepang, Brazil, Tiongkok, dan Amerika Serikat (AS) memiliki resiliensi tinggi melalui dukungan pasar domestik yang kuat.
Tingginya harga komoditas di pasar dunia dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong peningkatan nilai ekspor Indonesia. Akan tetapi, sejak pertengahan 2022 telah mengalami pelambatan dan kemudian menunjukkan penurunan pada akhir 2022, termasuk tiga komoditas utama ekspor Indonesia yakni logam, CPO, dan batu bara.
Beberapa komoditas utama perdagangan global lainnya seperti gas alam, minyak brent, dan gandum juga memperlihatkan tren penurunan. “Kalau kita lihat beberapa negara yang manufakturnya ekspansif yaitu Jepang, Prancis, Meksiko, Indonesia, Brasil, India dan Arab Saudi, sehingga menunjukkan sektornya masih kuat. Tetapi hampir beberapa negara besar seperti Italia, Jerman, dan Korea Selatan, PMI-nya di bawah 50 persen," ujar Airlangga dalam keterangan resmi, Kamis (12/1).
Maka, lanjutnya, ini menunjukkan dunia masih dalam ketidakpastian. Dia juga melihat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan perdagangan tahun lalu ekspansinya 3,5 persen, sehingga pada tahun ini diperkirakan hanya 1 persen. Hingga akhir 2022, tutur dia, nilai ekspor Indonesia mencapai 299,57 miliar dolar AS atau tumbuh 29,40 persen year on year (yoy).
Sedangkan dari sisi impor juga mengalami pertumbuhan yang hampir setara yakni 25,37 persen yoy atau sebesar 245,98 miliar dolar AS. Lebih lanjut, kinerja ekspor dalam perdagangan internasional Indonesia pada 2023 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 12,8 persen yoy dan impor akan tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 14,9 persen yoy.
Dalam kesempatan tersebut, Airlangga juga menyinggung arahan Presiden Joko Widodo untuk memperbaiki kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE). Selain jenis sektor yang diwajibkan, juga akan dilakukan review terhadap jumlah devisa dan jangka waktu penyimpanan DHE di dalam negeri.
“Dengan demikian kita akan lakukan revisi. Maka tentu kita berharap peningkatan ekspor dan surplus neraca perdagangan akan sejalan dengan peningkatan cadangan devisa,” jelas dia.
Ia pun menyampaikan arahan Presiden terkait investasi yang ditargetkan sebesar Rp 1.400 triliun pada 2023. “Perlu beberapa regulasi yang disempurnakan yaitu tentunya penyempurnaan Peraturan Pemerintah, penyempurnaan OSS RBA, dan Daftar Prioritas Investasi,” tutur Airlangga.