Kamis 12 Jan 2023 22:36 WIB

China Tegaskan Komitmen Kerja Sama Maritim dengan Filipina di LCS

China tetap berkomitmen untuk menangani sengketa maritim di LCS.

Red: Nidia Zuraya
Struktur dan bangunan China di pulau buatan di Fiery Cross Reef di gugusan pulau Spratly di Laut China Selatan terlihat pada Ahad 20 Maret 2022.
Foto: AP/Aaron Favila
Struktur dan bangunan China di pulau buatan di Fiery Cross Reef di gugusan pulau Spratly di Laut China Selatan terlihat pada Ahad 20 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- China menegaskan kembali komitmennya untuk menjajaki kerja sama maritim praktis dengan Filipina di Laut China Selatan (LCS), termasuk melakukan eksplorasi bersama.

"China tetap berkomitmen untuk menangani sengketa maritim di Laut China Selatan dengan baik dengan negara-negara yang berkepentingan langsung, termasuk Filipina, melalui dialog dan konsultasi, dan secara aktif menjajaki cara kerja sama maritim praktis, termasuk eksplorasi bersama," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam konferensi pers pada Rabu (11/1/2023).

Baca Juga

Pernyataan Beijing itu muncul setelah Mahkamah Agung Filipina pada Selasa menyatakan perjanjian tripartit, yang ditandatangani negara itu pada 2005 dengan China dan Vietnam untuk eksplorasi energi di LCS yang disengketakan, batal dan tidak konstitusional.

Mahkamah Agung Filipina telah memutuskan bahwa joint marine seismic venture (JSMU) tidak konstitusional karena mengizinkan perusahaan yang sepenuhnya dimiliki asing untuk berpartisipasi dalam eksplorasi sumber daya alam negara.

Wang mengatakan bahwa perusahaan minyak nasional dari China, Filipina, dan Vietnam telah menandatangani perjanjian tripartit untuk JSMUdi LCS pada 2005 dan melakukan joint seismic landforms di beberapa bagian LCS.

"Perjanjian itu adalah langkah penting ketiga negara untuk mengimplementasikan Deklarasi tentang Perilaku Para Pihak (DoC) di Laut China Selatan dan percobaan yang berguna untuk kerja sama maritim antara pihak-pihak di Laut China Selatan. Perjanjian itu memainkan peran penting dalam mempromosikan stabilitas, kerja sama, dan pembangunan di kawasan ini," ujar Wang.

DoC adalah kesepakatan di LCS yang ditandatangani oleh Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan China pada November 2002, dan menandai dukungan pertama China terhadap kesepakatan multilateral tentang masalah tersebut.

Pejabat China mengatakan selama kunjungan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr baru-baru ini ke China bahwa kedua pihak sepakat untuk mengingat kembali semangat nota kesepahaman tentang kerja sama pengembangan minyak dan gas yang ditandatangani pada 2018.

Kedua pihak juga setuju untuk melanjutkan diskusi tentang pengembangan minyak dan gas pada tahap awal, berdasarkan hasil pembicaraan sebelumnya, yang bertujuan menguntungkan kedua negara dan rakyatnya.

Selama kunjungan kenegaraan Marcos ke Beijing awal bulan ini, China dan Filipina telah mengisyaratkan bahwa kedua tetangga maritim itu dapat melanjutkan eksplorasi energi bersama di LCS yang disengketakan.

Sementara pada Juni lalu, Filipina menyatakan untuk mengakhiri negosiasi dengan China tentang eksplorasi energi bersama di perairan yang disengketakan itu.

Pada 2018, Manila dan Beijing menandatangani perjanjian untuk mengeksplorasi cadangan minyak dan gas di LCS yang merupakan titik panas klaim teritorial yang saling bertentangan oleh beberapa negara selain China dan Filipina.

Kesepakatan itu terjadi dua tahun setelah Filipina memenangi kasus di Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag yang membatalkan klaim ekspansif China atas laut tersebut.

Filipina mengakhiri kesepakatan itu sesaat sebelum masa jabatan enam tahun mantan Presiden Rodrigo Duterte berakhir pada 2022.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement