REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Kepala Badan Pusat Intelijen (CIA) Amerika Serikat (AS) William Burns menggelar kunjungan ke Libya yang jarang dilakukan pendahulunya. Pemerintah Libya mengatakan Burns bertemu dengan Perdana Menteri Abdul hamid al-Dbeibah.
Pemerintah Persatuan Nasional Dbeibah mengumumkan kunjungan tersebut di Facebook dengan mengunggah foto Burns dan Dbeibah. Dua sumber yang dekat dengan pemerintahan Libya timur komandan Khalifa Haftar mengatakan Burns bertemu dengan Haftar.
Pada Kamis (12/1/2023) CIA yang tidak rutin mengumumkan kunjungan-kunjungan seperti itu menolak memberikan komentar. Libya mulai tenang sejak pemberontakan yang didukung Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada tahun 2011 lalu. Sejak 2014 negara itu pecah antara faksi barat dan timur, puncak gesekan terjadi saat Haftar menggelar serangan gagal ke Tripoli pada tahun 2019 lalu.
Pemerintah Dbeibah menjabat melalui proses yang didukung PBB pada tahun 2021 sebagai bagian dari rencana damai. Tapi pemerintahnya tidak lagi diakui faksi politik utama di timur dan banyak rakyat Libya yang khawatir dengan perang baru.
Sebelumnya AS mengatakan khawatir dengan peran yang dimainkan Rusia dalam konflik di Suriah. Selain itu dikhawatirkan tidak stabilnya negara anggota OPEC dampak berdampak pada pasokan energi dunia dan membuka ruang bagi kelompok milisi.
Moksow mendukung Haftar dalam perang 2019-2020. Dalam laporannya pakar PBB melaporkan kontraktor militer swasta dari Rusia, Wagner mengirimkan 1.200 pasukan ke Libya.
Washington juga ingin mendapatkan lebih banyak tersangka pengeboman maskapai Pan-Am di atas Lockerbie di Skotlandia tahun 1988. Terutama pada bulan lalu mantan perwira intelijen Libya membuat bom dan menjatuhkan pesawat itu.
Penahanan dan perpindahan Abu Agila Mohammad Mas'ud Kheir Al-Marimi memicu kemarahan di Libya yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Washington. Hal ini memicu tudingan dari lawan politik Dbeibah.