Jumat 13 Jan 2023 07:20 WIB

Emas Makin Berkilau Dekati 1.900 Dolar Setelah Inflasi AS Sesuai Ekspektasi

AS mencatat inflasi 6,5 persen (yoy) pada Desember 2022.

Pramuniaga menunjukkan emas untuk investasi atau batangan Antam di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Kamis (10/3/2022). Pengusaha emas setempat mengatakan fluktuasi harga emas yang cenderung meningkat dan berada di kisaran Rp1.012.000 per gram akibat dipengaruhi krisis perang Rusia - Ukraina membuat transaksi buyback atau pembelian kembali dalam dua pekan terakhir meningkat hingga 13 persen.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Pramuniaga menunjukkan emas untuk investasi atau batangan Antam di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Kamis (10/3/2022). Pengusaha emas setempat mengatakan fluktuasi harga emas yang cenderung meningkat dan berada di kisaran Rp1.012.000 per gram akibat dipengaruhi krisis perang Rusia - Ukraina membuat transaksi buyback atau pembelian kembali dalam dua pekan terakhir meningkat hingga 13 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas dunia naik tajam mendekati level psikologis 1.900 dolar AS pada akhir perdagangan Jumat (13/1/2023), mencatat keuntungan untuk sesi kedua berturut-turut. Pertumbuhan harga konsumen AS pada Desember melambat seperti yang diperkirakan, memberi ruang bagi Federal Reserve untuk kenaikan suku bunga yang lebih kecil.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, melonjak 19,90 dolar AS atau 1,06 persen menjadi ditutup pada 1.898,80 dolar AS per ounce, setelah menembus tertinggi sesi di 1.906,50 dolar AS, level tertinggi sejak Mei, ketika mencapai puncak 1.910,20 dolar AS.

Baca Juga

Emas berjangka terkerek 2,40 dolar AS atau 0,13 persen menjadi 1.878,90 dolar AS pada Rabu (11/1/2023), merosot 1,30 dolar AS atau 0,07 persen menjadi 1.876,50 dolar AS pada Selasa (10/1/2023), setelah terangkat 8,10 dolar AS atau 0,43 persen menjadi 1.877,80 dolar AS pada Senin (9/1/2023).

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (12/1/2023) bahwa indeks harga konsumen AS, ukuran biaya hidup AS, turun 0,1 persen pada Desember, sesuai dengan perkiraan penurunan oleh para ekonom. Tingkat tahunan indeks turun untuk bulan keenam berturut-turut menjadi 6,5 persen dari 7,1 persen, level terendah dalam lebih dari setahun.

"Ini adalah kenaikan 12 bulan terkecil sejak periode yang berakhir Oktober 2021," kata Departemen Tenaga Kerja dalam rilis berita.

Analis pasar mencatat penurunan tersebut mungkin mengindikasikan bahwa inflasi AS telah mencapai puncaknya. Untuk keputusan suku bunga berikutnya pada 1 Februari, para ekonom memperkirakan bank sentral mengumumkan kenaikan yang lebih kecil lagi sebesar 25 basis poin.

Berbicara secara virtual dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Asosiasi Bankir Wisconsin pada Kamis (12/1/2023), Presiden Fed St. Louis, James Bullard mengatakan bank sentral AS harus menaikkan suku bunga di atas 5,0 persen secepatnya untuk memastikan tekanan harga ditundukkan.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, serta imbal hasil obligasi pemerintah AS juga turun setelah data inflasi dirilis, memberikan dukungan terhadap emas.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (12/1/2023) bahwa klaim pengangguran awal AS turun 1.000 ke penyesuaian musiman 205.000 di pekan yang berakhir 7 Januari. Data yang lebih baik dari perkiraan membatasi kenaikan emas.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 52,3 sen atau 2,23 persen, menjadi menetap pada 24,004 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April tidak berubah dari sesi perdagangan sebelumnya, ditutup pada 1.084,30 dolar AS per ounce.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement