Jumat 13 Jan 2023 16:37 WIB

Populer untuk Diet, Pasien Diabetes tak Kebagian Obat Ozempic

Ozempic terkenal di TikTok sebagai obat penurun berat badan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Obat diabetes (ilustrasi). Ozempic, obat diabetes produksi Novo Nordisk digunakan di luar indikasi yang tertera di dalam label, yakni untuk obat penurun berat badan.
Foto: www.freepik.com.
Obat diabetes (ilustrasi). Ozempic, obat diabetes produksi Novo Nordisk digunakan di luar indikasi yang tertera di dalam label, yakni untuk obat penurun berat badan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obat diabetes Ozempic kerap digunakan oleh pasien diabetes untuk mengontrol kadar gula darah. Namun, setelah populer di TikTok sebagai obat "diet", Ozempic menjadi langka dan sulit diakses oleh pasien diabetes yang benar-benar membutuhkannya.

Ozempic atau semaglutide merupakan obat yang diproduksi oleh Novo Nordisk. Dalam dosis yang lebih rendah, semaglutide dapat membantu pasien diabetes mengelola penyakit mereka. Novo Nordisk memasarkan semaglutide dalam dosis lebih rendah ini dengan merek Ozempic.

Baca Juga

Dalam dosis yang lebih tinggi, semaglutide juga dapat memicu penurunan berat badan. Novo Nordisk memasarkan semaglutide dalam dosis yang lebih tinggi ini dengan merek Wegovy.

Minat yang tinggi membuat pasokan Wegovy mengalami kelangkaan sejak tahun lalu. Hal ini membuat sebagian orang memanfaatkan Ozempic sebagai alternatif pengganti Wegovy, meski tak sesuai dengan indikasi. Kondisi ini membuat ketersediaan Ozempic untuk pasien diabetes menjadi langka.

Kelangkaan Ozempic membuat banyak pasien diabetes berisiko tak dapat mengelola penyakitnya. Salah satu dari pasien tersebut adalah Tammie Rachell Largent-Philips.

Penyandang diabetes tipe 2 berusia 52 tahun ini telah menggunakan Ozempic selama dua tahun untuk mengelola penyakitnya. Namun pada November lalu, Tammie dipaksa untuk beralih ke obat lain, yaitu insulin, karena Ozempic tak lagi tersedia di apotek langganannya.

"Ini sangat membuat frustrasi," jelas Tammie, seperti dilansir NBC, Jumat (13/1/2023).

Hal serupa juga dialami oleh pengidap diabetes tipe 2 lain, Shane Anthony. Pasien berusia 57 tahun ini sudah merasakan kesulitan untuk mengakses Ozempic sejak Oktober lalu.

Kondisi tersebut memaksa Shane untuk beralih ke obat diabetes lain. Akan tetapi, obat tersebut tak memberikan hasil yang optimal. Istri Shane yang juga merupakan seorang perawat, Gerilynn, mengungkapkan bahwa kadar gula darah Shane kembali tinggi setelah tak menggunakan Ozempic.

"Ini membuat saya sangat marah, ini membuat saya geram. Kami membutuhkan (Ozempic) untuk bertahan hidup dan bisa berfungsi dalam keseharian," jelas Shane.

Pada pengidap diabetes tipe 2, tubuh mereka tak bisa menggunakan insulin dengan optimal. Hal ini membuat glukosa di dalam darah mereka tidak terpakai dan menumpuk, sehingga kadar gula darah pun menjadi lebih tinggi dari normal.

Obat Ozempic bisa membantu pengidap diabetes tipe 2 dengan cara meniru sebuah hormon di dalam tubuh yang meregulasi kadar insulin. Obat ini perlu diberikan satu pekan sekali melalui injeksi mandiri.

Tanpa obat-obatan yang sesuai, kadar gula darah pasien diabetes tipe 2 bisa menjadi tak terkontrol. Kadar gula darah yang tinggi dapat memicu terjadinya beragam komplikasi berbahaya, seperti penyakit ginjal, kehilangan pendengaran, penyakit jantung dan juga strok.

"Bahkan, dalam jangka pendek, pasien bisa merasakan ketidaknyamanan akibat kadar glukosa darah yang tinggi," ujar chief scientist untuk American Diabetes Association, Dr Robert Gabbay.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement