REPUBLIKA.CO.ID., ISTANBUL -- Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan invasi Rusia ke Ukraina "telah menjadi titik balik dalam sejarah."
Invasi itu telah "mengguncang tatanan internasional sampai ke intinya," kata Kishida kepada harian Kanada, The Globe and Mail dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada hari Kamis (12/1/2023).
Perdana Menteri Jepang sedang dalam perjalanan ke Kanada, Italia, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) untuk bertemu dengan para pemimpin negara-negara industri paling maju sebelum KTT G-7 pada bulan Mei di Hiroshima, provinsi asal Kishida.
“Tujuan saya adalah untuk menunjukkan kepada dunia keinginan kuat dari anggota G7 dengan cara yang kuat dan tahan lama. Bersama-sama kami akan dengan tegas menolak upaya untuk secara sepihak mengubah status quo dengan kekerasan dan ancaman, belum lagi penggunaan senjata nuklir,” ujar dia.
“Saya ingin menjadikannya sebagai kesempatan untuk mengonfirmasi dengan tegas koordinasi G7 di Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka sejak KTT G7 Hiroshima diadakan di Asia,” kata PM Jepang, yang telah bergabung dengan Quad yang dipimpin AS, aliansi keamanan yang juga mencakup Australia dan India untuk melawan pengaruh ekonomi dan militer China yang meluas di kawasan Asia-Pasifik.
KTT Hiroshima “akan mempertahankan komitmen G7 untuk membantu Ukraina dalam upayanya mengusir pasukan Rusia,” tambah perdana menteri Jepang.
Moskow melancarkan perang di Ukraina Februari lalu, mendorong jutaan orang keluar dari negara itu dan mengakibatkan kematian dan ribuan lainnya terluka.
Kishida bertemu sejawatnya dari Kanada Justin Trudeau pada Kamis.
Pihak Jepang akan mengangkat “tantangan keamanan global, dari perang di Ukraina hingga agresi China di Indo-Pasifik,” selain masalah perdagangan bilateral dan energi dengan pihak Kanada selama pembicaraan di ibu kota Ottawa.
Kishida akan mengakhiri turnya di Washington pada hari Jumat setelah bertemu dengan Presiden AS Joe Biden.