Jumat 13 Jan 2023 22:45 WIB

Ketika Penangkapan Israel di Tengah Malam Hantui Remaja Palestina

Militer Israel menangkap dan menginterogasi ratusan remaja Palestina sepanjang 2022

Rep: Fergi Nadira/ Red: Esthi Maharani
 Militan memegang senjata mereka selama pemakaman Mahdi Hashash Palestina, 17, di kamp pengungsi Balata dekat kota tepi barat Nablus, 09 November 2022. Seorang remaja Palestina Rabu pagi 09 November ditembak mati oleh tembakan Israel selama serangan militer Israel ke area Makam Joseph, di sebelah timur kota Nablus, Tepi Barat yang diduduki, kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Militan memegang senjata mereka selama pemakaman Mahdi Hashash Palestina, 17, di kamp pengungsi Balata dekat kota tepi barat Nablus, 09 November 2022. Seorang remaja Palestina Rabu pagi 09 November ditembak mati oleh tembakan Israel selama serangan militer Israel ke area Makam Joseph, di sebelah timur kota Nablus, Tepi Barat yang diduduki, kata Kementerian Kesehatan Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Yousef Mesheh sedang tidur pulas di ranjang susun ketika pasukan Israel menyerbu rumahnya pada pukul 3 pagi. Selang beberapa detik, pemuda Palestina berusia 15 tahun itu mengatakan ia terbaring di lantai setelah tentara memukulnya hingga meneriakkan hinaan.

Seorang tentara memukul dada ibunya dengan senapan dan menguncinya di kamar tidur. Sang ibu pun berteriak memanggil putra-putranya.

Yousef dan saudara laki-lakinya yang berusia 16 tahun, Wael, diseret keluar dari rumah mereka di kamp pengungsi Balata di Tepi Barat bagian utara. Yousef mengenakan kaos tanpa lengan dan memiliki penglihatan yang buruk tanpa kacamatanya.

"Saya tidak bisa melupakan malam itu,” kata Yousef kepada The Associated Press dari ruang tamunya, dihiasi dengan foto-foto Wael. Saudara laki-lakinya itu diketahui masih dalam tahanan. "Saat saya tidur, saya masih mendengar suara tembakan dan teriakan," katanya.

Menurut organisasi hak asasi manusia Israel, HaMoked, militer Israel menangkap dan menginterogasi ratusan remaja Palestina sepanjang 2022 di Tepi Barat yang diduduki.

Penangkapan itu terjadi tanpa pernah mengeluarkan surat panggilan atau memberi tahu keluarga mereka. Tuduhan terhadap mereka yang ditangkap berkisar dari berada di Israel tanpa izin hingga melempar batu atau bom molotov. Beberapa remaja mengatakan mereka ditangkap untuk mendapatkan informasi tentang tetangga atau anggota keluarga.

"Dalam sebagian besar penangkapan anak di bawah umur yang direncanakan sebelumnya oleh militer tahun lalu, anak-anak diambil dari rumah mereka di tengah malam," kata HaMoked.

Setelah ditarik dari tempat tidur, anak-anak berusia 14 tahun diinterogasi dalam keadaan kurang tidur dan bingung. Air, makanan, dan akses ke toilet sering ditahan. Yousef mengatakan tentara memukulinya ketika dia minta buang air selama tujuh jam perjalanannya ke pusat penahanan.

Tentara Israel berpendapat bahwa mereka memiliki wewenang hukum untuk menangkap anak di bawah umur atas kebijakannya sendiri selama penggerebekan larut malam. Pengacara dan advokat mengatakan taktik itu bertentangan dengan janji hukum Israel untuk mengingatkan orang tua tentang dugaan pelanggaran anak-anak mereka.

Dua tahun lalu, HaMoked mengajukan petisi ke Mahkamah Agung yang memuat militer untuk terlebih dahulu memanggil orang tua Palestina berkaitan dengan anak-anak mereka yang dituduh. Ada sedikit kemajuan yang dilakukan Israel, namun kemajuan itu berumur pendek.

Tahun lalu, militer Israel menangkap ratusan warga Palestina di Tepi Barat berusia 12-17 tahun dalam penangkapan larut malam. Para Aktivis HAM mengatakan mereka yakin taktik semacam itu dimaksudkan untuk menciptakan ketakutan.

"Fakta bahwa militer tidak melakukan upaya untuk mengurangi penangkapan malam yang traumatis ini menunjukkan kepada kami bahwa trauma adalah bagian dari intinya," kata Direktur HaMoked, Jessica Montell seperti dikutip kantro berita Associated Press, Jumat (13/1/2023). "Intimidasi dan teror terhadap masyarakat ini tampaknya merupakan bagian dari kebijakan," imbuhnya.

Menurut angka yang dilaporkan ke Mahkamah Agung, tentara memanggil orang tua Palestina untuk menanyai anak-anak mereka hanya beberapa kali pada 2021. Tahun lalu, tidak ada satu keluarga pun yang menerima panggilan dalam hampir 300 kasus yang dilacak HaMoked di Tepi Barat.

Pelanggaran kecil dan kasus ketika anak-anak dibebaskan tanpa dakwaan, seperti yang terjadi pada Yousef tidak terkecuali. HaMoked mengatakan jumlahnya tidak lengkap karena diyakini sejumlah kasus serupa tidak pernah dilaporkan.

"Mereka tidak menerapkan prosedur yang mereka buat sendiri,” kata Direktur Program Akuntabilitas Pertahanan untuk Anak Internasional di wilayah Palestina, Ayed Abu Eqtaish. "Pemukulan dan penganiayaan terhadap anak-anak selama penangkapan malam benar-benar menjadi perhatian kami," ujarnya menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement