REPUBLIKA.CO.ID, Tumpukan toples berisi makanan ringan berjajar di sebuah stand jajanan pada sebuah pusat perbelanjaan di Jalan Sudirman, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Di baliknya, seorang penjaga stand berpakaian serba hitam siap melayani pembeli yang datang.
Usai mengenakan sarung tangan plastik, tangan sang penjual dengan lihai meracik jajanan yang tengah viral saat ini. Ice smoke atau ciki ngebul.
Dibukanya toples berisi makanan ringan berwarna-warni itu, kemudian menyendoknya dengan sebuah centong nasi berwarna putih. Makanan ringan itu ia tuang ke dalam sebuah mangkuk plastik putih berdiameter sekitar 15 sentimeter.
Setelah mangkuk tersebut penuh, sang penjual bergerak menuju sebuah tabung kecil di bawah stand dagangannya. Ketika tabung itu dibuka, keluarlah uap putih yang mengebul cukup banyak.
Dari dalam tabung itu, ia mengambil dan menyiram cairan bening ke atas makanan ringan yang sudah ditata di dalam mangkuk. Seketika, kepulan asap dingin mengebul dari makanan ringan yang barusan disiramnya.
“Ini nitrogen cair. Memang buat kebul-kebulnya,” ujar D, penjual ciki ngebul tersebut.
Belum selesai sampai di situ, D kemudian menuangkan saus coklat ke atas semangkuk ciki ngebul tersebut. Serta menyelesaikannya dengan taburan meises warna-warni. Semangkuk ciki ngebul dengan hiasan coklat dan meises itu, dibanderol seharga Rp 30 ribu.
Saat dikonsumsi, ciki ngebul ini tidak hanya memberikan rasa dingin, tetapi juga sensasi mulut yang mengeluarkan asap. Asap pada makanan ini berasal dari nitrogen cair, yaitu nitrogen yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah.
Cairan ini jernih, tidak berwarna dan tidak berbau sehingga tidak mengubah rasa jika digunakan untuk makanan. Sejak empat bulan lalu, D dapat menjual sekitar 15 mangkuk ciki ngebul setiap harinya. Namun, belakangan ini hanya satu atau dua mangkuk ciki ngebul yang dapat dijualnya dalam sehari.
Tak memungkiri, ia pun mengetahui banyak kasus anak-anak keracunan ciki ngebul di daerah lain akibat penggunaan nitrogen cair pada makanan. Persis seperti ciki ngebul yang dijajakannya.
Kendati demikian, sebagai karyawan D hanya mengikuti perintah atasannya. Bahkan ia pun tidak mengetahui dari mana nitrogen cair itu berasal. “Nggak tahu dapat dari mana nitrogennya. Itu dari bos saya,” tuturnya.
Penggunaan nitrogen cair pada produk pangan siap saji, saat ini menjadi perhatian dan menimbulkan permasalahan bagi kesehatan masyarakat. Apalagi ciki ngebul ini menjadi jajanan dan digemari oleh anak-anak.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor pun telah menerima Surat Edaran dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Nomor: KL.02.02/C/90/2023, tanggal 06 Januari 2023 dan Surat Edaran dari Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Nomor: PW.04.08.5.53.01.23.01, tanggal 06 Januari 2023, Perihal Pengawasan Pangan Olahan Siap Saji yang ditambahkan Nitrogen Cair, terdapat informasi tentang kasus kesakitan (foodborne disease) yang diduga akibat mengonsumsi makanan ciki ngebul.
Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno, mengklaim hingga saat ini tidak ada laporan kasus keracunan pangan akibat nitrogen cair di Kota Bogor. Namun, pihaknya pun langsung bergerak untuk berkoordinasi dengan stakeholder dan dinas terkait seperti Loka POM, Dinas Pendidikan (Disdik), Dinas Koperasi Usaha Kecil, Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (DisKUKMDagin), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), PD Pasar Pakuan Jaya (PPJ), rumah sakit dan puskesmas se-Kota Bogor.
Dinkes Kota Bogor bekerjasama dengan Disdik Kota Bogor agar sekolah dapat membantu memonitor dan mengawasi penjaja makanan di sekitar sekolah. Serta memberikan edukasi siswa terhadap bahaya nitrogen cair pada pangan siap saji.
Hal itu terbukti dari nihilnya penjual ciki ngebul yang kerap terlihat di depan sekolah-sekolah. Biasanya, ciki ngebul yang dijual di sekolah memiliki harga lebih murah dibandingkan yang dijual di pusat perbelanjaan.
Di samping itu, surat edaran untuk pelaku usaha dan pimpinan mal juga tengah dibuat Dinkes Kota Bogor bersama DisKUKMDagin Kota Bogor. Agar memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada pedagang ciki ngebul yang berjualan di mal.
Sementara itu, di wilayah sekitar pasar Dinkes Kota Bogor juga memberikan edukasi kepada pedagang ciki ngebul. Sambil Perumda PPJ juga melakukan pengawasan terhadap pedagang tersebut.
“Kami pun memantau Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) selain restoran, seperti gerai pangan jajanan keliling tidak direkomendasikan menggunakan nitrogen cair pada produk pangan siap saji yang dijual,” tegas Retno.