REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Sebanyak 80 pelajar Islam dan Kristen di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, membatik bersama di halaman Gereja GKI Jombang memperingati haul mantan Presiden Republik Indonesia.Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Kepala Sekolah Madrasah al-Hikam Diwek, Kabupaten Jombang Ika Maftuhah Mustiqowati mengemukakan kegiatan ini melibatkan lima sekolah, yakni SD dan SMP Kristen Petra Jombang, MTs dan MA al-Hikam Diwek, serta MI Islamiyyah Perak Jombang.
"Upaya ini merupakan langkah konkret untuk mengajarkan toleransi siswa/siswi berbeda etnis dan agama untuk lebih saling mengenal dan bekerja sama," kata Ika Maftuhah di Jombang, Jumat.
Ia mengatakan intoleransi perlu dicegah sejak dini. Sekolah harus berani mengambil inisiatif mempertemukan siswa-siswinya dengan kelompok lain, salah satunya dengan kegiatan membatik bersama.
Kepala Sekolah SMP Kristen Petra, Kabupaten Jombang Jecqeline Adriana menambahkan pihaknya menekankan pentingnya kemerdekaan dalam pembelajaran toleransi kepada semua siswa.
"Kan sekarang sedang digalakkan Merdeka Belajar oleh Kemdikbud. Kami perlu menyambut baik. Pertemuan siswa/i Kristen-Islam adalah bagian dari hal itu," kata dia.
Sebelum membatik bersama, semua siswa peserta diajak menyusuri lebih dekat komplek SD Kristen Petra, termasuk gereja yang ada di dekatnya. Di sana, pelajar Islam mendapat kesempatan mengetahui lebih jauh tentang Kristen dan gereja.
Kegiatan itu digelar di halaman Gereja GKI Jombang. Praktik membatik dilakukan secara bersama-sama. Satu kain dikerjakan lima sampai enam pelajar dari agama yang berbeda. Mereka diminta bersatu menghasilkan karya bersama.
"Saya senang dengan kegiatan seperti ini. Dapat teman baru dari sekolah Islam," kata Kezia Duma, siswi kelas 7 SMP Kristen Petra, Jombang.
Kezia berkelompok dengan Adinda Lathifaturrohmah, siswi MTs Al-Hikam. Ia dengan rekannya juga saling membantu menghasilkan motif batik berkompetisi dengan kelompok lain.
Wakil Bupati Jombang Sumrambah menambahkan kegiatan ini harus diapresiasi, sebagai upaya pendidikan progresif.
Menurutnya, setiap agama mengajarkan nilai toleransi yang perlu diimplementasikan, salah satunya, melalui kegiatan sekolah.
"Kami perlu merawat nilai toleransi yang telah diwariskan Gus Dur. Apapun identitas kita, kita adalah saudara. Kita harus bergotong royong," papar Sumrambah.
Aktivis GUSDURian Jombang Aan Anshori menyatakan kegiatan seperti ini akan terus dilaksanakan. Mempertemukan siswa antaragama adalah kunci menanamkan toleransi. Baginya toleransi tidak bisa hanya dikhotbahkan tanpa keteladanan.
Kegiatan ini juga dihadiri perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jombang, dan perwakilan organisasi lintas agama di Jombang.